Minggu, 10 Juni 2012

Tendinitis Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput Longum


BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Tendinitis Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput Longum
1.  Shoulder Complex
        Soulder complex terdiri dari tujuh persendian dimana masing - masing sendi tersebut mempunyai fungsi dan struktur pembentuk yang berbeda.
1.      Glenohumeral Joint
Merupakan ball and socet joint  (sendi putar) yang dibentuk oleh glenoid cavity yang berbentuk concave menghadap ke lateral serong ke ventrocranial dengan head of humerus berbentuk konveks.
Gerak fisiologis fleksi-ekstensi dengan ROM fleksi 1800  dan ekstensi 600  dengan stetch end feel (elastic) dan gerak arthrokinematicnya berupa spin. Gerak fisiologi abduksi dalam bidang frontal dengan ROM 900 dan elastic harder end feel, gerak arthrokinematicnya berupa caudal translasi. Gerak fisiologi internal rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 1000 dan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa dorsal translasi. Gerak fisiologi eksternal rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 800 dan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral translasi. Gerak fisiologi horizontal abduksi dan adduksi dalam bidang transversal ROM 1100 dan 300 dengan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral translasi dan dorsal translasi.
Seluruh komponen diatas memiliki gerak arthrokinematic traksi dengan arah lateral sedikit serong ventrocranial.
Capsular pattern adalah keterbatasan gerak sendi sebagai pemendekan seluruh capsule ligamen, dengan pola ROM eksternal rotasi < abduksi < internal rotasi.
2.      Suprahumeral (joint)
Bukan merupakan sendi sebenarnya tetapi merupakan celah antara acromion pada bagian atas dan head of humerus bagian bawah. Terdapat bursa subdeltoidea dan rotator cuff muscle yang terdiri dari m. Subscapular, m. Supraspinatus, m. Infraspinatus dan tendon biceps caput longum.
Pada saat abduksi-elevasi terjadi benturan anatara head of humerus dengan acromion, kemudian diantisipasi dengan eksternal rotasi humerus dan atau scapular abduksi.
3.      Acromioclavicular joint.
Merupakan plane joint dimana acromion konkav  menghadap ke medial dan clavicula konveks, dimana dalm klinis gerakan yang dijumpai adalah elevasi-depresi dan protaksi-retraksi. Karena yang bergerak acromion yang merupakan permukaan konkav maka gerak arthrokinematicnya mengikuti gerak osteokinematic tersebut yaitu saat elevasi terjadi translasi acromion ke cranial dan saat depresi terjadi translasi acromion ke caudal.
Demikian pula saat protaksi terjadi translasi acromion ke ventral dan saat retraksi terjadi translasi acromion ke dorsal.
Gerak arthrokinematic traksi selalu kearah lateral searah acromion ditarik.
4.      Sternoclavicular Joint
Merupakan jenis sendi saddle joint dimana clavicula konkav kearah anteroposterior dan konveks kearah craniocaudal. Gerak fisiologis dalam klinis seperti AC joint sesuai gerak osteokinematicnya. Gerak  osteokinematicnya saat elevasi-depresi terdapat unsur arthrokinematicnya caudal translasi-cranial translasi dan saat protaksi-retraksi terdapat unsur arthrokinematic ventral-dorsal translasi.
Gerak arthrokinematic traksi selalu searah dengan tarikan sepanjang axis clavicula.
5.      Scapulothoracal (joint)
Bukan merupakan sendi sebenarnya, tetapi merupakan pertemuan antara scapula dengan dinding thorak yang dibatasi oleh scapular dengan otot serratus anterior dan dipertahankan oleh otot middle dan lower  trapezius dan rhomboideus major-minor.
Otot serratus anterior dan levator scapula serta  bersama AC joint merupakan tempat bertumpunya ekstremitas atas terhadap tubuh.
Gerakan yang terjadi apada scapulothoracal adalah elevasi-depresi sesuai dengan translasinya dan abdusi-adduksi sesuai dengan translasinya. Gerak arthrokinematic traksinya adalah gerak scapula menjayh terhadap dinding thorak
6.      Intervertebral Joint
Sendi intervertebral yang ikut terlibat dalam cervikal bawah (C6-7-Th1) dan thoracal atas (Th1-2-3-4) dimana saat gerak bahu fleksi atau abduksi penuh terjadi rotasi kearah ipsilateral dal lateral fleksi jug kontralateral.
7.      Costovertebral (transversal) Joint
Costa 1-2-3-4 secara bertahap mengikuti gerak lengan seperti pada intervertebral joint dengan winging dan rotasi

 
Stabilitas sendi glenohumeral sebagian besar tergantung pada struktur jaringan disekitarnya. Persendian scapulohumeral dikelilingi dan diperkuat oleh 3 lapisan yang berbeda dan yang satu berada didalam lainnya (tumpah tindih)  kapsul sendi, rotator cuff dan bursa subacromial- subdeltoidea.
a)      Bursa subacromia-subeltoidea
Berada diluar rotator cuff sebagai lapisan ke 3 tipis dan jaringan lunak yang melapisi bagian permukaan anterior pada sendi glenohumeral. Sendi glenohumeral terdapat bursa subacromial yang berada dibawah tulang processus acromion dan bursa subdeltoidea yang berada dibawah otot deltoid. Burasa subacromia-subeltoidea secara actual merupakan satu struktur dengan dua nama namun kedua bursa tersebut dijadikan satu.
b)      Ligamenta Coracoacromial
Coracoacromial terdiri dari acromion , coracoid dan difiksasi secara angular oleh ligamenta coracoacromial, lengkung coracoacromial merupakan atap untuk sendi glenohumeral.
c)      Otot-otot Sendi Bahu
M. supraspinatus berorigo di fossa supraspinata dan berinsertio dibagian tuberculum majus, otot ini memperkuat humerus pada lekuk sendi, menegangkan capsula articularis dan abduksi lengan dipersarafi oleh n. Suprascapularis C4-C6.
M. infraspinatus berorigo pada fossa infraspinata dan berinsertio pada bagian posterior dari tuberositas mayor, otot ini memperkuat capsula abrticularis sendi bahu. Fungsi utamanya adalah eksternal rotasi lengan, dipersarafi oleh n. Suprascapularis C4-C6.
M. subcsapularis mempunyai origo pada fossa subscapularis dan berinsertio pada tuberculum minor, berfungsi sebagai rotasi edial lengan atas, dipersarafi oleh n. Suprascapularis C5-C8.
M. teres minor berorigo pada bagian pinggir lateral scapula inferior berjalan kepermukaan inferior dari tuberositas major.Berfungsi sebagai rotasi lateralis lengan, dipersarafi oleh n. Axillaris (circumflexus) C5-C6
Keempat otot diatas merupakan kesatuan otot otot rotator cuff  yang hampir menempti bagian dalam antara caput humeri dan processus acromialis. Rotator cuff membungkus caput humeri dan memfiksasi caput humeri dalam glenoid
M. deltoideus dibagi atas tiga bagian yaitu pars clavicularis, pars acromialis dan pars spinalis. Pars clavicularis berasal dari sepertiga lateral clavicula, pars acromialis berasal dari acromion dan pars spinalis berasal dari  pinggir bawah spina scapula. Ketiga bagian ini melekat pada tuberositas subdeltoidea, yang berfungsi sebagai abductor sendi bahu dan dipersarafi oleh n. Axillaris (circumflexus) C4-C6.
M. ters mayor berorigo pada margo lateralis scpula dekat angulus inferior, berinsertio pada crista tuberculi minoris. Fungsi utamanya adalah retroversi lengan atas kearah garis tengah. Otot ini juga membantu gerakan adduksi dan dipersarafi oleh n. Thoracodorsalis C6-C7.
M. latisimus dorsi merupakan otot yang paling lebar yang berorigo pada processus spinosus sacrum, lumbal dan thorakal bawah (dibawah thorakal 6) dan pada ligamen supraspinal melalui fascia thoracolumbalis, crista iliaca dan bagian bawah costae ke 3 atau 4 dan berinsertio disulcus intertubercularis humeri. Persarafan oleh n. Thoracodorsalis C6-C8.
M. coracobrachialis berasal dari pocessus coracoideus bersama sama dengan caput brevis m. biceps brachii. Otot ini  berinsertio pada fascies medialis humeri. Otot ini melakukan anteversi lengan atas dan juga mempertahankan caput humeri pada lekuk sendi, dipersarafi oleh n. Musculocutaneus C6-C7.
M. pectoralis minor adalah otot bahu yang tidak berinsertio pada tulang tulang anggota badan atas, yang berfungsi menurunkan dan rotasi scapula. Dipersarafi oleh n. Pectoralis medialis C6-C8.
M. pectoralis major merupakan otot yang kuat berfungsi sebagai adduksi dan diperasrafi oleh n. Pectoralis lateralis dan medialis C5-Th1.
Tendon biceps caput longum  yang melintang sendi bahu dan dibungkus oleh selubung synovial yang terbentang sepanjang sulcus intertubercularis humeri.

 
2. Definisi
Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum  merupakan kondisi yang disebabkan oleh trauma yang berulang meskipun ringan dan dalam waktu relatif lama, proses degenerasi akan mempercepat terjadinya injury.  Pasien biasanya mengeluh nyeri dan gerak terbatas saat melakukan abduksi  dan  fleksi shoulder.

3. Gambaran Klinis
     a. Tendinitis Supraspinatus
-          Adanya nyeri tekan
-          Nyeri menjalar dari acromion sampai insertio deltoid
-          Painful arc saat melakukan gerak abduksi  600-1200 , yang merupakan gambaran klasik bahwa adanya inflamasi tendon yang tertekan antara acromion dan humerus
-          Gerak shoulder atau arm full (tapi ada painful arc)
-          Resisted abduksi pada out range kadang nyeri
b. Tendinitis Biceps Caput Longum
-    Nyeri pada bagian depan caput humeri
-    Fleksi lengan secara aktif maupun pasif dapat memprovokasi nyeri

4. Patologi
       Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum  dapat terjadi karena kecelakaan (contoh jatuh pada sisi bahu), latihan yang berlebihan (contoh aerobic) atau minor stresses oleh trauma yang berulang meskipun ringan tapi dalam waktu relatif lama.
Tendinitis supraspinatus disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang berulang dan berkepanjangan oleh tendon biceps dalam melakukan gerakan fleksi lengan.Tendon otot supraspinatus dan tendon otot biceps betumpang tindih dalam melewati terowongan yang dibentuk oleh caput humeri yang dibungkus oleh capsul sendi sebagai lantainya dan ligamen coracoacromial serta acromion sebagai atapnya.
Cidera teringan adalah jenis gesekan yang dapat menyebabkan reaksi radang lokal atau tendinitis. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tetapi bila disertai impingiment yang lebih lama dan terutama pada orang tua dapat terjadi robekan kecil dan ini dapat diikuti dengan pembentukan jaringan parut, metaplasia fibrokartilageinous atau pengapuran tendon. Tendon biceps caput longum yang terletak bersebelahan dengan supraspinatus juga dapat terlibat dansering robek
Pada pemeriksaan X-ray sering ditemui pengapuran, penyebabnya tidak diketahui tetapi diperkirakan bahwa iskemik lokal mengakibatkan metaplasia fibrokartilageinous dan peluruhan kristal aktif oleh chondrosit.
 
A.   Asuhan fisioterapi pada Penderita Tendinitis Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput Longum
Untuk menentukan problem pada penderita Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum  terlebih dahulu kita harus melakukan pemeriksaan yang tercantum dalam asuhan fisioterapi yang terdiri atas
1.         Assesment
a.         Anamnesa
Anamnesa adalah metode pengumpulan data dengan wawancara baik langsung pada pasien maupun pada keluarga pasien. Anamnesa umum mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit, serta tindakan medis yang pernah dilakukan sedangkan anamnesis khusus yaitu mengenai jenis, ketepatan waktu dan durasi nyeri; lokasi dan distribusi nyeri; provokasi sikap posisi dan gerak yang menimbulkan nyeri. Pada penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum biasanya pasien mengeluh nyeri saat melakukan gerakan dan ketika melakukan aktivitas fungsional seperti mengancingkan dan membuka BRA.
b.         Pemeriksaan
1)        Pemeriksaan Umum
Dilakukan untuk melihat keadaan umum pasien seperti tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu.
2)        Pemeriksaan Khusus
a).      Inspeksi
Meliputi pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan gerak dan fungsinya.  Inspeksi dimulai saat pertama pasien masuk ruangan.
b).      Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan menggunakan tangan dan membedakan antara kedua anggota gerak yang kanan dan kiri. Dilakukan untuk mengetahui temperatur, oedem, spasme, dan lain sebagainya.
c).      Pemeriksaan fungsi gerak dasar
Dalam hal ini meliputi fungsi gerak aktif dan gerak pasif. Pada pasien tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum umumnya ditemukan adanya rasa nyeri dan keterbatasan gerak
d).     ROM
Diperiksa seberapa jauh keterbatasan anggota gerak yang dicapai. Pemeriksaan ROM dilakukan dengan menggunakan goniometer.
2.         Problem Fisioterapi
Asuhan pelayanan fisioterapi yang diberikan pada penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum dilakukan secara bertahap sesuai dengan problem yang ditemukan pada saat dilakukan assessment.
-          Adanya rasa nyeri
-          Keterbatasan gerak abduksi dan fleksi shoulder
-          Spasme otot upper trapezius dan rotator cuff.
-          Gangguan aktivitas fungsional.
3.         Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa fisioterapi ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi yang menyatakan hasil dari proses pemikiran klinis yang dapat menunjukkan adanya disfungsi gerak dan dapat mencakup gangguan/ kelemahan, limitasi fungsi, ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas fungsional sehari hari, sindroma
4.         Perencanaan
Harus ditentukan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai, yang mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Adapun penentuan tujuan dilakukan berdasarkan problematic fisioterapi yang ditemukan dalam proses assessment.
Perencanaan jangka pendek penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum meliputi pengurangan rasa nyeri, spasme dan menambah ROM. Perencanaan jangka panjang yaitu untuk mengembalikan aktifitas fungsional pasien.
5.         Intervensi Fisioterapi
Intervensi diimplementasikan dan dimodifikasikan untuk mencapai tujuan yang disepakati dan dapat termsauk penanganan secara manual, peningkatan gerakkan, peralatan mekanis, pelatihan fungsional, penentuan bantuan dan peralatan Bantu.
Adapun berbagai intervensi fisioterapi yang dapat dilakukan pada penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum
a.       MWD (Microwave Diathermy)
Adalah suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang mikrodlm bentuk radiasi elektromagnetik yang akan di konversi dalam bentuk panas, dengan frekuansi 2456 MHz dan 915 MHz, dengan panjang gelombang 12,25.
Kontra indikasi
-          Adanya logam                                           TBC, DM                   
-          Alat elektromagnetik                                Gangguan sensibilitas
-          Gangguan pembuluh darah                       Kemahilan
-          Pakaian nylon                                            CA
-          Jaringan yang banyak cairan                     Saat menstruasi
-          Gangguan sensibilitas
Indikasi
-          Selektif pemanasan otot
-          Jaringan kolagen, spasme otot, nodus myofibrositik
-          Efektif untuk sendi IP, MCP dan pergelangan tangan
-          Kelaian tulang, sendi, otot (RA, OA, spasme)
-          Kelainan saraf perifer
Tujuan 
-          Relaksasi otot
-          Melancarkan sirkulasi darah
-          Perbaikan sistem metabolisme
-          Mengurangi proses kontraktur jaringan
-          Perbaikan konduktifitas jaringan syaraf

b.      TENS (Transelectrical Nerve Stimulation)
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk mengurangi nyeri dengan merangsang system saraf melalui permukaan kulit dan terbukti secara efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri karena mampu menstimulasi baik syaraf berdiameter kecil yaitu A gamma dan tipe C mapun berdiameter besar yaitu A alpha dan A betha. Aktifnya syaraf berdiameter besar ini akan mempermudah interneuron pada substansia gelatinosa untuk menghalangi input syaraf yang berdiameter kecil ke sel-sel transmisi melalui inhibisi pre-sinaps, sehingga nyeri dihambat oleh stimulasi elektrik dengan menutup gerbang bagi input nyeri.

c.         US (Ultrasound)
Pengertian
Adalah terapi dengan menggunakan gelombang suara tinggi dengan frekuensi > 20.000 Hz.
Indikasi
-          kondisi/ penyakit pada otot (spasme), tulang, sendi
-          oedema
-          RA
-          Gangguan neurologis, : neuropati, HNP
-          Jaringan parut
-          Kontraindikasi
-          Adanya gangguan sensibilitas
-          Adanya protese
-          Post laminektomi
                     Tujuan
-          Meningkatkan sirkulasi darah
-             Relaksasi otot
-             Pengurangan rasa nyeri
-             Peningkatan kemampuan regenerasi jaringan.

d.   Massage dan friction
Massage adalah upaya pengobatan dengan menggunakan manipulasi tangan atau alat (vibrator).
Indikasi
-          Kondisi sehabis trauma atau segabis operasi sub akut dan kronik pada sistem muskuloskeletal.
-          Kondisi kekakuan sendi serta pengerasan, ketegangan, perlengketan dan pemendekan jariangan otot dan jaringan lunak yang lain.
-          Kondisi keluhan nyeri, penekanan atau penyempitan urat saraf
-          Kondisi kurang lancarnya peredaran darah dan limfe
Kontraindikasi
-          Kondisi peradangan akut, trauma dan sehabis operasi yang masih baru
-          Kulit yang terkuak
-          Kondisi cidera sistem muskuloskeletal (fractur, ruptur) belum direposisi dn pulih secara baik dan kuat.
-          Penderita panas tinggi
Tujuan
-          Meningkatkan arus pengembalian cairan venous dan atau lymphatic
-          Memperoleh penurunan tonus atau spasme otot
-          Peregangan otot,tendon, ligamen
-          Melepaskan perlekatan fibrous
-          Merangsang kontraksi otot
Massage dilakukan pada daerah leher dan bahu pasien. Friction dilakukan pada tendon supraspinatus dengan posisi bahu ekstensi-adduksi-internal rotasi penuh sedangkan pada tendon biceps caput longum friction dilakukan pada sulcus bicipitalis. Dengan adanya efek mekanik yang dihasilkan dari transvere friction maka akan merangsang serabut afferen Aδ dan C yang akan memicu pelepasan sistem analgesik endogen sehingga akan terjadi modulasi nyeri pada level supraspinal sehingga nyeri akan menurun. Adanya vasodilatasi akibat aplikasi transvere friction maka akan meningkatkan aliran darah yang mengalami kerusakan sehingga akan membersihkan area ini dari iritan kimia yang dihasilkan dari proses radang, menghilangkan jaringan fibrous, melemaskan dan melepaskan perlengketan pada jaringan lunak sehingga dapat menyebabkan terjadinya sedative efek yang menurunkan nyeri. Serta vasodilatasi yang terjadi juga akan meningkatkan transportasi endogenous opiate sehingga dari proses ini akan menghasilkan penurunan nyeri.
Aplikasi transvere friction massage akan membantu menyesuaikan serabut kolagen ke arah linear dan akan membebaskan serabut afferen Aδ dan C yang terjebak akibat tekanan jaringan fibrous sehingga nyeri dapat berkurang. Deep transvere friction cukup efektif untuk digunakan untuk menghilangkan jaringan ikat dan cross link pada tendon m. supraspinatus dengan tehnik tekanan kearah melintang dari serabut m. supraspinatus yaitu lateral-medial, maka akan memprovokasi timbulnya inflamasi baru yang steril.
Karena inflamasi merupakan bagian penting dari healing proses maka dicoba untuk meningkatkan inflamasi ke tahap dimana proses inflamasi telah sempurna dan dapat ditingkatkan ketahap selanjutnya dari healing proses, dengan demikian setelah proses penyembuhan selesai maka hasil yang diharapkan adalah nyeri pada kasus tendinitis supraspinatus kronik dapat berkurang

d.        Joint Mobilization
Osteokinematik adalah gerakan yang terjadi pada tulang. Pada glenohumeral joint mempunyai 3 derajat kebebasan gerak yaitu fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, internal-eksternal rotasi. Gerak fisiologis dari fleksi dan ekstensi merupakan gerak osteokinematik  rotasi spin dalam bidang sagital dengan ROM fleksi 1800 ekstensi 600 dengan elastic end feel. Gerak fisiologis abduksi merupakan gerak osteokinematik pendular abduksi dalam bidang frontal dengan ROM 900 dan elastic end feel. Gerak fisiologis internal rotasi memiliki gerak osteokinematik rotasi putar dalam bidang transversal dengan ROM 700 dan elastic end feel. Gerak fisiologis eksternal rotasi memiliki gerak osteokinematik rotasi putar dalam bidang transversal dengan ROM 800 dan elastic end feel.
Arthrokinematiknya adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi, pada glenohumeral joint gerakan fleksi-ekstensi dan abduksi-adduksi terjadi karena rool slide caput humeri pada fossa glenoidalis. Gerak arthrokinematik dari fleksi dan ekstensi berupa spin, abduksi berupa caudal translasi, internal rotasi berupa dorsal translasi dan eksternal rotasi beupa ventral translasi.
Traksi adalah apabila geraka translasi tulang arahnya tegak lurus dan menjauhi bidang terapi serta terjadi peregangan permukaan sendi yang arahnya lateral serong ventrocranial. Pada saat translasi glenohumeral kecaudal akan terajdi peregangan permukan sendi sehingga akan meningkatkan lingkup gerak abduksi

f.       Contrax rilex and stretching Tiga Dimensi
Contrax rilex and stretching tiga dimensi merupakan kontraksi isometrik dengan resisten pada otot yang mengalami keterbatasan (antagonis) yang diikuti dengan rileksasi dan gerakan untuk meningkatkan jarak gerak dengan tujuan untuk menngkatkan passive ROM yang menggunakan prinsip PNF untuk melatih grup otot dengan prinsip tahanan maksimal, stretch dan patron diagonal
Stretching adalah suatu bentuk terapi yang dilakukan untuk memanjangkan otot yang patologis berupa pemendekan otot yang menghambat jarak gerakan sendi yang normal. Ada dua jenis bentuk terapi stretching yang digunakan yaitu passive stretching dan active inhibisi. Namun dalam makalah ini tehnik yang akan digunakan yaitu passive stretching. Passieve stretching 3 dimensi digunakan bila pasien dalam keadaan rileks dengan menggunakan kekuatan dari luar dari fisioterapis yang diaplikasikan secara manual atau dengan menggunakan alat-alat mekanik untuk mengulur jaringan lunak yang mangalami pemendekan.
Indikasi
-          Keterbatasan jarak gerak sendi akibat kontraktur, perlekatan dan pembentukan jaringan parut y mengarah pada pemendekan otot.
-          Keterbatasan yang mengarah pada kelainan struktural sgb tindakan pencegahan.
-          Kontraktur yang berhubungan dengan aktifitas fungsional sehari-hari.
-          Pada kelemahan otot di satu sisi dan ketegangan disisi lain.
Tujuan Contract rilex and stretching 3 dimensi
-          Meningkatkan pasif ROM
-          Mengurangi nyeri
-          Mengulur otot-otot yang memendek

g.  Terapi latihan
Latihan isotonik adalah suatu jenis latihan kontraksi pada otot dengan adanya perubahan panjang otot.
Fungsi latihan isotonik :
-          Meningkatkan kekuatan
-          Memelihara sistem sirkulasi
-          Mengulur jaringan perlengketan sendi
-          Merileksasi otot
-          Memelihara nitrisi pada sinovial sendi menjadi lebih baik    

6.      Home Program
Home program yang dapat disarankan pada pasien tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum  antara lain
-          Menghindari aktivitas yang memperberat keluhan.
-          Melakukan latiahn latihan secara mandiri sesuai dengan apa yang diajarkan oleh fisioterapi.

7.      Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami peningkatan setelah diberikan terapi atau terapi yang diberikan berguna bagi penyembuhan pasien ataukah harus diubah. Meliputi analisa dan sintesa.

 
BAB III
LAPORAN KASUS


A.    Assesment
1.      Anamnesa
a.       Identitas Pasien
Nama                                 : Ny. HY
Usia                                   : 65 tahun
Jenis kelmin                       : Perempuan
Pekerjaan                           : Ibu Rumah Tangga
Alamat                              : Komplek Timah no.56 Cilandak
Agama                               : Islam
Diagnosa Medis                : Kalsifikasi sela sendi bahu kiri-peritendinitis calcarea kiri
Tanggal Pemeriksaan        : 14 Febuari 2006

b.      Riwayat Penyakit
1.      Keluhan Utama
Sakit pada bahu kiri saat digerakan , pasien tidak mampu melakuan aktivitas fungsional sehari hari seperti mengkancingkan dan membuka BRA.
2.      Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak setahun lalu pasien merasakan pegal-pegal dan nyeri pada kedua bahu dengan bahu kanan lebih ringan daripada bahu kiri namun pada bahu kiri lama kelamaan nyerinya makin hebat.
3.      Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien hyperaktivitas dalam melakukan aktivitas sehari hari sebagai ibu rumah tangga (seperti memasak dan mencuci), memiliki kolesterol yang tinggi dan mengidap penyakit bronchitis kronik.


2.      Pemeriksaan
a.       Pemeriksaan Umum
Kesadaran             : Composmentis
Tekanan Darah      : 150/90 mmHg
HR                                    : 72 x/menit
RR                         : 18 x/menit

b.      Inspeksi
-          Pasien datang secara mandiri
-          Tampak kesakitan pada bahu ketika menggerakan lengan ke atas
-          Kontur bahu asimetris (bahu kiri lebih tinggi daripada bahu kanan)
-          Protaksi bahu

c.       Palpasi
-          Spasme pada otot upper trapezius dan rotator cuff kanan lebih beat daripada bahu kiri.
-          Nyeri tekan pada tendon m. supraspinatus dan tendon m. biceps caput longum serta di muscle belly-nya.

d.      Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
    1. Aktif
-          Cervikal ketika melakukan fleksi,ekstensi, lateral fleksi dan rotasi full ROM dan tanpa nyeri
-          Shoulder kanan ketika melakukan fleksi, abduksi-elevasi terbatas pada ROM 1600 dan nyeri Adduksi, internal rotasi dan eksternal rotasi full ROM.
-          Shoulder kiri ketika melakukan fleksi, ekstensi dan abduksi-elevasi, adduksi, internal rotasi dan eksternal tidak full ROM dan sangat nyeri (ROM terlampir).
-          Elbow ketika melakukan fleksi dan ekstensi dapat digerakan full ROM dan tidak ada nyeri.
    1. Passive
-          Cervikal ketika melakukan fleksi,ekstensi, lateral fleksi dan rotasi full ROM dan tanpa nyeri
-          Soulder kanan ketika melakukan fleksi, ekstensi, abduksi-elevasi, adduksi, internal rotasi dan eksternal rotasi full ROM dan  nyeri.
-          Shoulder kiri ketika melakukan fleksi,  abduksi-elevasi, adduksi, ekstensi, internal rotasi dan eksternal rotasi terbatas dan nyeri (ROM terlampir)
-          Elbow ketika melakukan fleksi dan ekstensi dapat digerakan full ROM dan tidak ada nyeri.

e.       Tes Daya Tahan Isometrik
1. Adduksi shoulder                     :  - (tidak nyeri)
2. Abduksi shoulder                      : + (nyeri)
3. Soulder eksternal rotasi             : - (tidak nyeri)
4. Soulder internal rotasi               : - (tidak nyeri)
5. Fleksi elbow                              : + (nyeri)
6. Ekstensi elbow                          : - (tidak nyeri)

f.       ROM : hasil terlampir
g.      VAS : hasil terlampir

B.     Problem Fisioterapi
1.      Adanya rasa nyeri
2.      Keterbatasan gerak abduksi-elevasi dan fleksi shoulder kiri
3.      Spasme otot upper trapezius dan rotator cuff.
4.      Gangguan aktivitas fungsional.

C.    Diagnosa Fisioterapi
Gangguan gerak fungsional, kinerja otot, mobilitas sendi dan ROM shoulder kiri akibat nyeri karena tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum.
D.    Perencanaan
1.      Jangka Pendek
-          Mengurangi nyeri
-          Meningkatkan ROM
-          Mengurangi spasme otot upper trapezius dan rotator cuff.
2.      Jangka Panjang
Mengembalikan kemampuan fungsional pasien dalam melaksanakan ADL secara maksimal.
E.     Intervensi
1.      MWD
Diberikan pada daerah bahu  dengan dosis
I  :  100 watt pada posterior shoulder kiri
       50 watt pada anterior shoulder kiri
t  : 10 menit
F  : sehari sekali kecuali hari minggu
2.      TENS
TENS diberikan pada otot upper trapezius, biceps brachii dan di daerah cervikal serta di antero-postero shoulder kiri.
I  :  30 mA
t  : 5 menit
F  : sehari sekali kecuali hari minggu
3.      US
US diberikan pada daerah cervikal dan shoulder  dengan dosis
I  : 1,2 w/cm²
t  : 8 menit
F  : sehari sekali kecuali hari minggu
4.      Massage dan friction
Massage dilakukan pada daerah leher dan bahu pasien. Friction dilakukan pada tendon supraspinatus dengan posisi bahu ekstensi-adduksi-internal rotasi penuh sedangkan pada tendon biceps caput longum friction dilakukan pada sulcus bicipitalis
5.      Joint mobilization
Joint mobilization berupa traksi dan translasi pada glenohumeral joint,  acromioclavicular joint, scapulothoracal dan sternoclavicular joint.
6.      Contrac rileks and stretching Tiga Dimensi
Contrac rileks and stertching 3 dimensi pada upper trapezius kanan dan kiri posisi pasien tidur telentang, lalu pasien diinstruksikan untuk menggerakan kepalanya kearah miring kanan dan gerakan tersebut ditahan oleh fisiterapis selama 6 detik, setelah itu rileksasi dengan diikuti ekspirasi dan stretching dengan menggerakan kepala ke lateral flexi kiri dan girdle depresi penuh, hal tersebut dilakukan oleh fisioterapis dan pasien dalam keadaan rileks dalam waktu 6 detik. Gerakan ditujukan untuk otot upper trapezius kanan dan untuk otot upper trapezius kiri dilakukan sebaliknya. 
7.      Terapi latihan ( isotonik exercise dengan pola 3 dimensi)
Dilakukan pada kedua bahu dengan menginstruksikan pasien untuk melawan tahanan  fisioterapi pada anterior dan posterior bahu


F.     Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada tanggal 21 febuari 2006
1.       ROM abduksi dan fleksi kedua shoulder  bertambah

No
Sendi
Kanan
Kiri
Normal
14-02-2006
22-02-2006
14-02-2006
22-02-2006
1.
Shoulder

S:550-0-1600
F:1600-0-450
S:550-0-1700
F:1700-0-450
S:550-0-1100
F : 950-0-450
S:600-0-1600
F:1600-0-450
S:600-0-1800
F:1800-0-450
2.
Elbow
S : 00-0-1500
S : 00-0-1500
S : 00-0-1500
S: 00-0-1500
S : 00-0-1500


2.      Rasa nyeri berkurang (VAS)



---------------------.---------------------------------------------
 
                

  Tidak ada nyeri                           5 cm                                         Nyeri tidak tertahankan




-----.------------------------------------------------------------
                


Tidak ada nyeri    2,5 cm                                                             Nyeri tidak tertahankan


3.      Spasme otot upper trapezius dan rotator cuff berkurang.



 

Design By:
SkinCorner