BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tendinitis Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput Longum
1. Shoulder
Complex
Soulder complex terdiri
dari tujuh persendian dimana masing - masing sendi tersebut mempunyai fungsi dan
struktur pembentuk yang berbeda.
1.
Glenohumeral Joint
Merupakan ball and socet joint (sendi
putar) yang dibentuk oleh glenoid cavity yang berbentuk concave menghadap ke
lateral serong ke ventrocranial dengan head of humerus berbentuk konveks.
Gerak fisiologis fleksi-ekstensi dengan
ROM fleksi 1800 dan ekstensi
600 dengan stetch end feel
(elastic) dan gerak arthrokinematicnya berupa spin. Gerak fisiologi abduksi
dalam bidang frontal dengan ROM 900 dan elastic harder end feel,
gerak arthrokinematicnya berupa caudal translasi. Gerak fisiologi internal
rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 1000 dan elastic end
feel, gerak arthrokinematicnya berupa dorsal translasi. Gerak fisiologi
eksternal rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 800 dan elastic
end feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral translasi. Gerak fisiologi
horizontal abduksi dan adduksi dalam bidang transversal ROM 1100 dan
300 dengan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral
translasi dan dorsal translasi.
Seluruh komponen diatas memiliki gerak
arthrokinematic traksi dengan arah lateral sedikit serong ventrocranial.
Capsular pattern adalah keterbatasan
gerak sendi sebagai pemendekan seluruh capsule ligamen, dengan pola ROM
eksternal rotasi < abduksi < internal rotasi.
2.
Suprahumeral (joint)
Bukan merupakan sendi sebenarnya tetapi
merupakan celah antara acromion pada bagian atas dan head of humerus bagian bawah. Terdapat bursa subdeltoidea dan rotator cuff
muscle yang terdiri dari m. Subscapular, m. Supraspinatus, m. Infraspinatus
dan tendon biceps caput longum.
Pada saat abduksi-elevasi terjadi
benturan anatara head of humerus dengan
acromion, kemudian diantisipasi dengan eksternal rotasi humerus dan atau
scapular abduksi.
3.
Acromioclavicular joint.
Merupakan plane joint dimana acromion
konkav menghadap ke medial dan clavicula
konveks, dimana dalm klinis gerakan yang dijumpai adalah elevasi-depresi dan
protaksi-retraksi. Karena yang bergerak acromion yang merupakan permukaan
konkav maka gerak arthrokinematicnya mengikuti gerak osteokinematic tersebut
yaitu saat elevasi terjadi translasi acromion ke cranial dan saat depresi
terjadi translasi acromion ke caudal.
Demikian pula saat protaksi terjadi
translasi acromion ke ventral dan saat retraksi terjadi translasi acromion ke
dorsal.
Gerak arthrokinematic traksi selalu
kearah lateral searah acromion ditarik.
4.
Sternoclavicular Joint
Merupakan jenis sendi saddle joint
dimana clavicula konkav kearah anteroposterior dan konveks kearah craniocaudal.
Gerak fisiologis dalam klinis seperti AC joint sesuai gerak osteokinematicnya.
Gerak osteokinematicnya saat
elevasi-depresi terdapat unsur arthrokinematicnya caudal translasi-cranial
translasi dan saat protaksi-retraksi terdapat unsur arthrokinematic ventral-dorsal
translasi.
Gerak arthrokinematic traksi selalu
searah dengan tarikan sepanjang axis clavicula.
5.
Scapulothoracal (joint)
Bukan merupakan sendi sebenarnya, tetapi
merupakan pertemuan antara scapula dengan dinding thorak yang dibatasi oleh
scapular dengan otot serratus anterior dan dipertahankan oleh otot middle dan
lower trapezius dan rhomboideus
major-minor.
Otot serratus anterior dan levator
scapula serta bersama AC joint merupakan
tempat bertumpunya ekstremitas atas terhadap tubuh.
Gerakan yang terjadi apada
scapulothoracal adalah elevasi-depresi sesuai dengan translasinya dan
abdusi-adduksi sesuai dengan translasinya. Gerak arthrokinematic traksinya
adalah gerak scapula menjayh terhadap dinding thorak
6.
Intervertebral Joint
Sendi intervertebral yang ikut terlibat
dalam cervikal bawah (C6-7-Th1) dan thoracal atas (Th1-2-3-4) dimana saat gerak
bahu fleksi atau abduksi penuh terjadi rotasi kearah ipsilateral dal lateral
fleksi jug kontralateral.
7.
Costovertebral (transversal) Joint
Costa 1-2-3-4 secara bertahap mengikuti gerak
lengan seperti pada intervertebral joint dengan winging dan rotasi
Stabilitas sendi glenohumeral sebagian besar
tergantung pada struktur jaringan disekitarnya. Persendian scapulohumeral
dikelilingi dan diperkuat oleh 3 lapisan yang berbeda dan yang satu berada
didalam lainnya (tumpah tindih) kapsul
sendi, rotator cuff dan bursa subacromial- subdeltoidea.
a)
Bursa subacromia-subeltoidea
Berada diluar rotator cuff sebagai lapisan ke 3
tipis dan jaringan lunak yang melapisi bagian permukaan anterior pada sendi
glenohumeral. Sendi glenohumeral terdapat bursa subacromial yang berada dibawah
tulang processus acromion dan bursa subdeltoidea yang berada dibawah otot
deltoid. Burasa subacromia-subeltoidea secara actual merupakan satu struktur
dengan dua nama namun kedua bursa tersebut dijadikan satu.
b)
Ligamenta Coracoacromial
Coracoacromial terdiri dari acromion , coracoid
dan difiksasi secara angular oleh ligamenta coracoacromial, lengkung
coracoacromial merupakan atap untuk sendi glenohumeral.
c)
Otot-otot Sendi Bahu
M.
supraspinatus berorigo di fossa supraspinata dan
berinsertio dibagian tuberculum majus, otot ini memperkuat humerus pada lekuk
sendi, menegangkan capsula articularis dan abduksi lengan dipersarafi oleh n.
Suprascapularis C4-C6.
M.
infraspinatus berorigo pada fossa infraspinata dan
berinsertio pada bagian posterior dari tuberositas mayor, otot ini memperkuat
capsula abrticularis
sendi bahu. Fungsi utamanya adalah eksternal rotasi lengan, dipersarafi oleh n.
Suprascapularis C4-C6.
M.
subcsapularis mempunyai origo pada fossa subscapularis
dan berinsertio pada tuberculum minor, berfungsi sebagai rotasi edial lengan
atas, dipersarafi oleh n. Suprascapularis C5-C8.
M. teres
minor berorigo pada bagian pinggir lateral scapula
inferior berjalan kepermukaan inferior dari tuberositas major.Berfungsi sebagai
rotasi lateralis lengan, dipersarafi oleh n. Axillaris (circumflexus) C5-C6
Keempat otot diatas merupakan kesatuan otot
otot rotator cuff yang hampir menempti
bagian dalam antara caput humeri dan processus acromialis. Rotator cuff
membungkus caput humeri dan memfiksasi caput humeri dalam glenoid
M.
deltoideus dibagi atas tiga bagian yaitu pars
clavicularis, pars acromialis dan pars spinalis. Pars clavicularis berasal dari
sepertiga lateral clavicula, pars acromialis berasal dari acromion dan pars
spinalis berasal dari pinggir bawah
spina scapula. Ketiga bagian ini melekat pada tuberositas subdeltoidea, yang
berfungsi sebagai abductor sendi bahu dan dipersarafi oleh n. Axillaris
(circumflexus) C4-C6.
M. ters
mayor berorigo pada margo lateralis scpula dekat
angulus inferior, berinsertio pada crista tuberculi minoris. Fungsi utamanya
adalah retroversi lengan atas kearah garis tengah. Otot ini juga membantu
gerakan adduksi dan dipersarafi oleh n. Thoracodorsalis C6-C7.
M.
latisimus dorsi merupakan otot yang paling lebar yang
berorigo pada processus spinosus sacrum, lumbal dan thorakal bawah (dibawah
thorakal 6) dan pada ligamen supraspinal melalui fascia thoracolumbalis, crista
iliaca dan bagian bawah costae ke 3 atau 4 dan berinsertio disulcus
intertubercularis humeri. Persarafan oleh n. Thoracodorsalis C6-C8.
M.
coracobrachialis berasal dari pocessus coracoideus
bersama sama dengan caput brevis m. biceps brachii. Otot ini berinsertio pada fascies medialis humeri.
Otot ini melakukan anteversi lengan atas dan juga mempertahankan caput humeri
pada lekuk sendi, dipersarafi oleh n. Musculocutaneus C6-C7.
M.
pectoralis minor adalah otot bahu yang tidak
berinsertio pada tulang tulang anggota badan atas, yang berfungsi menurunkan
dan rotasi scapula. Dipersarafi oleh n. Pectoralis medialis C6-C8.
M.
pectoralis major merupakan otot yang kuat berfungsi
sebagai adduksi dan diperasrafi oleh n. Pectoralis lateralis dan medialis
C5-Th1.
Tendon
biceps caput longum
yang melintang sendi bahu dan dibungkus oleh selubung synovial yang
terbentang sepanjang sulcus intertubercularis humeri.
2. Definisi
Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps
caput longum merupakan kondisi yang
disebabkan oleh trauma yang berulang meskipun ringan dan dalam waktu relatif
lama, proses degenerasi akan mempercepat terjadinya injury. Pasien biasanya mengeluh nyeri dan gerak
terbatas saat melakukan abduksi dan fleksi shoulder.
3. Gambaran Klinis
a. Tendinitis Supraspinatus
-
Adanya nyeri tekan
-
Nyeri menjalar dari acromion
sampai insertio deltoid
-
Painful arc saat melakukan gerak
abduksi 600-1200 ,
yang merupakan gambaran klasik bahwa adanya inflamasi tendon yang tertekan
antara acromion dan humerus
-
Gerak shoulder atau arm full (tapi
ada painful arc)
-
Resisted abduksi pada out range
kadang nyeri
b. Tendinitis Biceps Caput Longum
- Nyeri pada
bagian depan caput humeri
- Fleksi lengan
secara aktif maupun pasif dapat memprovokasi nyeri
4. Patologi
Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum dapat terjadi karena kecelakaan (contoh jatuh
pada sisi bahu), latihan yang berlebihan (contoh aerobic) atau minor stresses
oleh trauma yang berulang meskipun ringan tapi dalam waktu relatif lama.
Tendinitis supraspinatus disebabkan oleh
kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang berulang dan berkepanjangan oleh
tendon biceps dalam melakukan gerakan fleksi lengan.Tendon otot supraspinatus
dan tendon otot biceps betumpang tindih dalam melewati terowongan yang dibentuk
oleh caput humeri yang dibungkus oleh capsul sendi sebagai lantainya dan
ligamen coracoacromial serta acromion sebagai atapnya.
Cidera teringan adalah jenis gesekan yang dapat
menyebabkan reaksi radang lokal atau tendinitis. Penyakit ini biasanya sembuh
sendiri tetapi bila disertai impingiment yang lebih lama dan terutama pada
orang tua dapat terjadi robekan kecil dan ini dapat diikuti dengan pembentukan
jaringan parut, metaplasia fibrokartilageinous atau pengapuran tendon. Tendon
biceps caput longum yang terletak bersebelahan dengan supraspinatus juga dapat
terlibat dansering robek
Pada pemeriksaan X-ray sering ditemui
pengapuran, penyebabnya tidak diketahui tetapi diperkirakan bahwa iskemik lokal
mengakibatkan metaplasia fibrokartilageinous dan peluruhan kristal aktif oleh
chondrosit.
A.
Asuhan fisioterapi pada
Penderita Tendinitis Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput Longum
Untuk menentukan problem pada penderita
Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum terlebih dahulu kita harus melakukan
pemeriksaan yang tercantum dalam asuhan fisioterapi yang terdiri atas
1.
Assesment
a.
Anamnesa
Anamnesa adalah metode pengumpulan data dengan wawancara
baik langsung pada pasien maupun pada keluarga pasien. Anamnesa umum mencakup
identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit, serta tindakan medis yang
pernah dilakukan sedangkan anamnesis khusus yaitu mengenai jenis, ketepatan
waktu dan durasi nyeri; lokasi dan distribusi nyeri; provokasi sikap posisi dan
gerak yang menimbulkan nyeri. Pada penderita tendinitis supraspinatus dan
tendinitis biceps caput longum biasanya pasien mengeluh nyeri saat melakukan
gerakan dan ketika melakukan aktivitas fungsional seperti mengancingkan dan
membuka BRA.
b.
Pemeriksaan
1)
Pemeriksaan Umum
Dilakukan untuk melihat keadaan umum pasien seperti tekanan
darah, nadi, pernapasan dan suhu.
2)
Pemeriksaan Khusus
a).
Inspeksi
Meliputi pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta
kemampuan gerak dan fungsinya. Inspeksi
dimulai saat pertama pasien masuk ruangan.
b).
Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan
menggunakan tangan dan membedakan antara kedua anggota gerak yang kanan dan
kiri. Dilakukan untuk mengetahui temperatur, oedem, spasme, dan lain
sebagainya.
c).
Pemeriksaan fungsi gerak dasar
Dalam hal ini meliputi fungsi gerak aktif dan gerak pasif.
Pada pasien tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum umumnya
ditemukan adanya rasa nyeri dan keterbatasan gerak
d).
ROM
Diperiksa seberapa jauh keterbatasan anggota gerak yang
dicapai. Pemeriksaan ROM dilakukan dengan menggunakan goniometer.
2.
Problem Fisioterapi
Asuhan pelayanan fisioterapi yang diberikan pada penderita
tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum dilakukan secara
bertahap sesuai dengan problem yang ditemukan pada saat dilakukan assessment.
-
Adanya rasa nyeri
-
Keterbatasan gerak abduksi dan
fleksi shoulder
-
Spasme otot upper trapezius dan
rotator cuff.
-
Gangguan aktivitas fungsional.
3.
Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa fisioterapi ditegakkan dari pemeriksaan dan
evaluasi yang menyatakan hasil dari proses pemikiran klinis yang dapat menunjukkan
adanya disfungsi gerak dan dapat mencakup gangguan/ kelemahan, limitasi fungsi,
ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas fungsional sehari hari, sindroma
4.
Perencanaan
Harus ditentukan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai,
yang mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Adapun penentuan
tujuan dilakukan berdasarkan problematic fisioterapi yang ditemukan dalam
proses assessment.
Perencanaan jangka pendek penderita tendinitis
supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum meliputi pengurangan rasa
nyeri, spasme dan menambah ROM. Perencanaan jangka panjang yaitu untuk
mengembalikan aktifitas fungsional pasien.
5.
Intervensi Fisioterapi
Intervensi diimplementasikan dan dimodifikasikan untuk
mencapai tujuan yang disepakati dan dapat termsauk penanganan secara manual,
peningkatan gerakkan, peralatan mekanis, pelatihan fungsional, penentuan
bantuan dan peralatan Bantu.
Adapun berbagai intervensi fisioterapi yang dapat dilakukan
pada penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum
a.
MWD (Microwave Diathermy)
Adalah suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang
mikrodlm bentuk radiasi elektromagnetik yang akan di konversi dalam bentuk
panas, dengan frekuansi 2456 MHz dan 915 MHz, dengan panjang gelombang 12,25.
Kontra indikasi
-
Adanya logam TBC,
DM
-
Alat elektromagnetik Gangguan
sensibilitas
-
Gangguan pembuluh darah Kemahilan
-
Pakaian nylon CA
-
Jaringan yang banyak cairan Saat menstruasi
-
Gangguan sensibilitas
Indikasi
-
Selektif pemanasan otot
-
Jaringan kolagen, spasme otot,
nodus myofibrositik
-
Efektif untuk sendi IP, MCP dan
pergelangan tangan
-
Kelaian tulang, sendi, otot (RA,
OA, spasme)
-
Kelainan saraf perifer
Tujuan
-
Relaksasi otot
-
Melancarkan sirkulasi darah
-
Perbaikan sistem metabolisme
-
Mengurangi proses kontraktur
jaringan
-
Perbaikan konduktifitas jaringan
syaraf
b.
TENS (Transelectrical Nerve
Stimulation)
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk mengurangi
nyeri dengan merangsang system saraf melalui permukaan kulit dan terbukti
secara efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri karena mampu menstimulasi
baik syaraf berdiameter kecil yaitu A gamma dan tipe C mapun berdiameter besar
yaitu A alpha dan A betha. Aktifnya syaraf berdiameter besar ini akan
mempermudah interneuron pada substansia gelatinosa untuk menghalangi input
syaraf yang berdiameter kecil ke sel-sel transmisi melalui inhibisi pre-sinaps,
sehingga nyeri dihambat oleh stimulasi elektrik dengan menutup gerbang bagi
input nyeri.
c.
US (Ultrasound)
Pengertian
Adalah terapi dengan menggunakan
gelombang suara tinggi dengan frekuensi > 20.000 Hz.
Indikasi
-
kondisi/ penyakit pada otot
(spasme), tulang, sendi
-
oedema
-
RA
-
Gangguan neurologis, : neuropati,
HNP
-
Jaringan parut
-
Kontraindikasi
-
Adanya gangguan sensibilitas
-
Adanya protese
-
Post laminektomi
Tujuan
-
Meningkatkan sirkulasi darah
-
Relaksasi otot
-
Pengurangan rasa nyeri
-
Peningkatan kemampuan regenerasi jaringan.
d. Massage dan
friction
Massage adalah upaya pengobatan dengan menggunakan manipulasi tangan
atau alat (vibrator).
Indikasi
-
Kondisi sehabis trauma atau
segabis operasi sub akut dan kronik pada sistem muskuloskeletal.
-
Kondisi kekakuan sendi serta
pengerasan, ketegangan, perlengketan dan pemendekan jariangan otot dan jaringan
lunak yang lain.
-
Kondisi keluhan nyeri, penekanan
atau penyempitan urat saraf
-
Kondisi kurang lancarnya peredaran
darah dan limfe
Kontraindikasi
-
Kondisi peradangan akut, trauma
dan sehabis operasi yang masih baru
-
Kulit yang terkuak
-
Kondisi cidera sistem
muskuloskeletal (fractur, ruptur) belum direposisi dn pulih secara baik dan
kuat.
-
Penderita panas tinggi
Tujuan
-
Meningkatkan arus pengembalian
cairan venous dan atau lymphatic
-
Memperoleh penurunan tonus atau
spasme otot
-
Peregangan otot,tendon, ligamen
-
Melepaskan perlekatan fibrous
-
Merangsang kontraksi otot
Massage dilakukan pada daerah leher dan bahu
pasien. Friction dilakukan pada tendon supraspinatus dengan posisi bahu
ekstensi-adduksi-internal rotasi penuh sedangkan pada tendon biceps caput
longum friction dilakukan pada sulcus bicipitalis. Dengan adanya efek mekanik
yang dihasilkan dari transvere friction maka akan merangsang serabut
afferen Aδ dan C yang akan memicu pelepasan sistem analgesik endogen sehingga
akan terjadi modulasi nyeri pada level supraspinal sehingga nyeri akan menurun.
Adanya vasodilatasi akibat aplikasi transvere friction maka akan
meningkatkan aliran darah yang mengalami kerusakan sehingga akan membersihkan
area ini dari iritan kimia yang dihasilkan dari proses radang, menghilangkan
jaringan fibrous, melemaskan
dan melepaskan perlengketan pada jaringan lunak sehingga dapat menyebabkan
terjadinya sedative efek yang menurunkan nyeri. Serta vasodilatasi yang terjadi juga akan
meningkatkan transportasi endogenous opiate sehingga dari proses ini
akan menghasilkan penurunan nyeri.
Aplikasi transvere
friction massage akan membantu menyesuaikan serabut kolagen ke arah linear
dan akan membebaskan serabut afferen Aδ dan C yang terjebak akibat tekanan
jaringan fibrous sehingga nyeri dapat berkurang. Deep transvere friction
cukup efektif untuk digunakan untuk menghilangkan jaringan ikat dan cross
link pada tendon m. supraspinatus dengan tehnik tekanan kearah
melintang dari serabut m. supraspinatus yaitu lateral-medial, maka akan
memprovokasi timbulnya inflamasi baru yang steril.
Karena inflamasi merupakan
bagian penting dari healing proses maka dicoba untuk meningkatkan inflamasi ke
tahap dimana proses inflamasi telah sempurna dan dapat ditingkatkan ketahap
selanjutnya dari healing proses, dengan demikian setelah proses penyembuhan
selesai maka hasil yang diharapkan adalah nyeri pada kasus tendinitis
supraspinatus kronik dapat berkurang
d.
Joint Mobilization
Osteokinematik adalah gerakan yang terjadi pada tulang.
Pada glenohumeral joint mempunyai 3 derajat kebebasan gerak yaitu
fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, internal-eksternal rotasi. Gerak fisiologis
dari fleksi dan ekstensi merupakan gerak osteokinematik rotasi spin dalam bidang sagital dengan ROM
fleksi 1800 ekstensi 600 dengan elastic end feel. Gerak
fisiologis abduksi merupakan gerak osteokinematik pendular abduksi dalam bidang
frontal dengan ROM 900 dan elastic end feel. Gerak fisiologis
internal rotasi memiliki gerak osteokinematik rotasi putar dalam bidang
transversal dengan ROM 700 dan elastic end feel. Gerak fisiologis
eksternal rotasi memiliki gerak osteokinematik rotasi putar dalam bidang
transversal dengan ROM 800 dan elastic end feel.
Arthrokinematiknya adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi,
pada glenohumeral joint gerakan fleksi-ekstensi dan abduksi-adduksi terjadi
karena rool slide caput humeri pada fossa glenoidalis. Gerak arthrokinematik
dari fleksi dan ekstensi berupa spin, abduksi berupa caudal translasi, internal
rotasi berupa dorsal translasi dan eksternal rotasi beupa ventral translasi.
Traksi adalah apabila geraka translasi tulang arahnya tegak lurus dan
menjauhi bidang terapi serta terjadi peregangan permukaan sendi yang arahnya
lateral serong ventrocranial. Pada saat translasi glenohumeral kecaudal akan
terajdi peregangan permukan sendi sehingga akan meningkatkan lingkup gerak
abduksi
f.
Contrax rilex and stretching Tiga
Dimensi
Contrax rilex and stretching tiga dimensi merupakan
kontraksi isometrik dengan resisten pada otot yang mengalami keterbatasan
(antagonis) yang diikuti dengan rileksasi dan gerakan untuk meningkatkan jarak
gerak dengan tujuan untuk menngkatkan passive ROM yang menggunakan prinsip PNF
untuk melatih grup otot dengan prinsip tahanan maksimal, stretch dan patron
diagonal
Stretching adalah suatu bentuk terapi yang
dilakukan untuk memanjangkan otot yang patologis berupa pemendekan otot yang
menghambat jarak gerakan sendi yang normal. Ada dua jenis bentuk terapi stretching yang
digunakan yaitu passive stretching dan active inhibisi. Namun dalam makalah ini
tehnik yang akan digunakan yaitu passive stretching. Passieve stretching 3
dimensi digunakan bila pasien dalam keadaan rileks dengan menggunakan kekuatan
dari luar dari fisioterapis yang diaplikasikan secara manual atau dengan
menggunakan alat-alat mekanik untuk mengulur jaringan lunak yang mangalami
pemendekan.
Indikasi
-
Keterbatasan jarak gerak sendi
akibat kontraktur, perlekatan dan pembentukan jaringan parut y mengarah pada
pemendekan otot.
-
Keterbatasan yang mengarah pada
kelainan struktural sgb tindakan pencegahan.
-
Kontraktur yang berhubungan dengan
aktifitas fungsional sehari-hari.
-
Pada kelemahan otot di satu sisi
dan ketegangan disisi lain.
Tujuan Contract rilex and stretching 3 dimensi
-
Meningkatkan pasif ROM
-
Mengurangi nyeri
-
Mengulur otot-otot yang memendek
g.
Terapi latihan
Latihan isotonik
adalah suatu jenis latihan kontraksi pada otot dengan adanya perubahan panjang
otot.
Fungsi latihan isotonik :
-
Meningkatkan kekuatan
-
Memelihara sistem sirkulasi
-
Mengulur jaringan perlengketan
sendi
-
Merileksasi otot
-
Memelihara nitrisi pada sinovial
sendi menjadi lebih baik
6.
Home Program
Home program yang dapat disarankan pada pasien tendinitis
supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum antara lain
-
Menghindari aktivitas yang
memperberat keluhan.
-
Melakukan latiahn latihan secara
mandiri sesuai dengan apa yang diajarkan oleh fisioterapi.
7.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami
peningkatan setelah diberikan terapi atau terapi yang diberikan berguna bagi
penyembuhan pasien ataukah harus diubah. Meliputi analisa dan sintesa.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Assesment
1.
Anamnesa
a.
Identitas Pasien
Nama :
Ny. HY
Usia : 65 tahun
Jenis kelmin :
Perempuan
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Alamat :
Komplek Timah no.56 Cilandak
Agama :
Islam
Diagnosa Medis : Kalsifikasi sela sendi bahu
kiri-peritendinitis calcarea kiri
Tanggal Pemeriksaan :
14 Febuari 2006
b.
Riwayat Penyakit
1.
Keluhan Utama
Sakit pada bahu kiri saat digerakan , pasien tidak mampu melakuan
aktivitas fungsional sehari hari seperti mengkancingkan dan membuka BRA.
2.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak setahun lalu pasien merasakan pegal-pegal dan nyeri pada
kedua bahu dengan bahu kanan lebih ringan daripada bahu kiri namun pada bahu
kiri lama kelamaan nyerinya makin hebat.
3.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien hyperaktivitas dalam melakukan aktivitas sehari hari
sebagai ibu rumah tangga (seperti memasak dan mencuci), memiliki kolesterol
yang tinggi dan mengidap penyakit bronchitis kronik.
2.
Pemeriksaan
a.
Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Composmentis
Tekanan Darah :
150/90 mmHg
HR :
72 x/menit
RR :
18 x/menit
b.
Inspeksi
-
Pasien datang secara mandiri
-
Tampak kesakitan pada bahu ketika
menggerakan lengan ke atas
-
Kontur bahu asimetris (bahu kiri
lebih tinggi daripada bahu kanan)
-
Protaksi bahu
c.
Palpasi
-
Spasme pada otot upper trapezius
dan rotator cuff kanan lebih beat daripada bahu kiri.
-
Nyeri tekan pada tendon m.
supraspinatus dan tendon m. biceps caput longum serta di muscle belly-nya.
d.
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
- Aktif
-
Cervikal ketika melakukan
fleksi,ekstensi, lateral fleksi dan rotasi full ROM dan tanpa nyeri
-
Shoulder kanan ketika melakukan
fleksi, abduksi-elevasi terbatas pada ROM 1600 dan nyeri Adduksi, internal
rotasi dan eksternal rotasi full ROM.
-
Shoulder kiri ketika melakukan
fleksi, ekstensi dan abduksi-elevasi, adduksi, internal rotasi dan eksternal
tidak full ROM dan sangat nyeri (ROM terlampir).
-
Elbow ketika melakukan fleksi dan
ekstensi dapat digerakan full ROM dan tidak ada nyeri.
- Passive
-
Cervikal ketika melakukan
fleksi,ekstensi, lateral fleksi dan rotasi full ROM dan tanpa nyeri
-
Soulder kanan ketika melakukan
fleksi, ekstensi, abduksi-elevasi, adduksi, internal rotasi dan eksternal
rotasi full ROM dan nyeri.
-
Shoulder kiri ketika melakukan
fleksi, abduksi-elevasi, adduksi, ekstensi,
internal rotasi dan eksternal rotasi terbatas dan nyeri (ROM terlampir)
-
Elbow ketika melakukan fleksi dan
ekstensi dapat digerakan full ROM dan tidak ada nyeri.
e.
Tes Daya Tahan Isometrik
1. Adduksi shoulder : - (tidak nyeri)
2. Abduksi shoulder :
+ (nyeri)
3. Soulder eksternal rotasi :
- (tidak nyeri)
4. Soulder internal rotasi :
- (tidak nyeri)
5. Fleksi elbow :
+ (nyeri)
6. Ekstensi elbow :
- (tidak nyeri)
f.
ROM : hasil terlampir
g.
VAS : hasil terlampir
B.
Problem Fisioterapi
1.
Adanya rasa nyeri
2.
Keterbatasan gerak abduksi-elevasi
dan fleksi shoulder kiri
3.
Spasme otot upper trapezius dan
rotator cuff.
4.
Gangguan aktivitas fungsional.
C.
Diagnosa Fisioterapi
Gangguan gerak fungsional, kinerja otot, mobilitas sendi
dan ROM shoulder kiri akibat nyeri karena tendinitis supraspinatus dan
tendinitis biceps caput longum.
D.
Perencanaan
1.
Jangka Pendek
-
Mengurangi nyeri
-
Meningkatkan ROM
-
Mengurangi spasme otot upper
trapezius dan rotator cuff.
2.
Jangka Panjang
Mengembalikan kemampuan fungsional pasien dalam melaksanakan ADL secara
maksimal.
E.
Intervensi
1.
MWD
Diberikan pada daerah bahu dengan dosis
I : 100 watt pada posterior shoulder kiri
50 watt pada anterior
shoulder kiri
t : 10 menit
F : sehari sekali kecuali hari
minggu
2.
TENS
TENS diberikan pada otot upper trapezius, biceps brachii dan di daerah
cervikal serta di antero-postero shoulder kiri.
I : 30 mA
t : 5 menit
F : sehari sekali kecuali hari
minggu
3.
US
US diberikan pada daerah cervikal dan shoulder dengan dosis
I : 1,2 w/cm²
t : 8 menit
F : sehari sekali kecuali hari
minggu
4.
Massage dan friction
Massage dilakukan pada daerah leher dan bahu pasien. Friction dilakukan
pada tendon supraspinatus dengan posisi bahu ekstensi-adduksi-internal rotasi
penuh sedangkan pada tendon biceps caput longum friction dilakukan pada sulcus
bicipitalis
5.
Joint mobilization
Joint mobilization berupa traksi dan translasi pada glenohumeral
joint, acromioclavicular joint,
scapulothoracal dan sternoclavicular joint.
6.
Contrac rileks and stretching Tiga
Dimensi
Contrac rileks and stertching 3 dimensi pada
upper trapezius kanan dan kiri posisi pasien tidur telentang, lalu pasien
diinstruksikan untuk menggerakan kepalanya kearah miring kanan dan gerakan
tersebut ditahan oleh fisiterapis selama 6 detik, setelah itu rileksasi dengan
diikuti ekspirasi dan stretching dengan menggerakan kepala ke lateral flexi
kiri dan girdle depresi penuh, hal tersebut dilakukan oleh fisioterapis dan
pasien dalam keadaan rileks dalam waktu 6 detik. Gerakan ditujukan untuk otot
upper trapezius kanan dan untuk otot upper trapezius kiri dilakukan
sebaliknya.
7.
Terapi latihan ( isotonik exercise
dengan pola 3 dimensi)
Dilakukan pada kedua bahu dengan menginstruksikan pasien untuk melawan
tahanan fisioterapi pada anterior dan
posterior bahu
F.
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan pada tanggal 21 febuari 2006
1.
ROM abduksi dan fleksi kedua shoulder bertambah
No
|
Sendi
|
Kanan
|
Kiri
|
Normal
|
||
14-02-2006
|
22-02-2006
|
14-02-2006
|
22-02-2006
|
|||
1.
|
Shoulder
|
S:550-0-1600
F:1600-0-450
|
S:550-0-1700
F:1700-0-450
|
S:550-0-1100
F
: 950-0-450
|
S:600-0-1600
F:1600-0-450
|
S:600-0-1800
F:1800-0-450
|
2.
|
Elbow
|
S
: 00-0-1500
|
S
: 00-0-1500
|
S
: 00-0-1500
|
S: 00-0-1500
|
S
: 00-0-1500
|
2.
Rasa nyeri berkurang (VAS)
---------------------.---------------------------------------------
|
Tidak ada nyeri 5 cm Nyeri tidak tertahankan
-----.------------------------------------------------------------ |
Tidak ada nyeri 2,5 cm Nyeri tidak tertahankan
3.
Spasme otot upper trapezius dan
rotator cuff berkurang.