A.
Ruptur
Ruptur adalah
robek atau putusnya otot yang diakibatkan karena trauma, dimana dapat terjadi
pada perut otot atau pada sambungan musculotendineus. Biasanya seseorang yang
mengalami ruptur mengalami tanda dan gejala seperti : Adanya nyeri terutama
saat terjadi gerakan, kekuatan otot berkurang, spasme dan gangguan
ekstensibilitas dan fleksibilitas otot, adanya oedema dan hematoma serta
kadang-kadang didahului oleh rasa seolah-olah ada yang putus atau robek.
Secara umum
ruptur bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bisa
terjadi karena adanya benturan benda keras yang menyebabkan robekan pada otot.
Sedangkan secara tidak langsung, bisa terjadi karena penarikan otot yang
melampaui batas maksimal kemampuan otot untuk memanjang.
Dalam
perkembangannya kasus terjadinya ruptur sangat jarang ditemukan, kalaupun ada
hanya beberapa saja. Oleh sebab itu penanganan fisioterapi pada kasus ini
secara umum adalah bertujuan untuk mengembalikan dan meningkatkan
ekstensibilitas dan fleksibilitas serta kekuatan otot.
B.
Anatomi
M. Quadriceps
M. quadriceps
terdiri dari empat bagian, bagian yang lurus m. rectus femoris bekerja pada dua
sendi, berjalan didalam saluran yang dibentuk oleh tiga tunggal otot sendi.
Caput rectus
femoris berasal dari spina iliaca anterior superior dan caput reflexum dari
pinggir atas lekuk sendi panggul didalam sulcus supraacetabularis.
M. Vastus
intermedius berasal dari facies anterior dan lateralis femoris, otot ini mudah
dibedakan dari m. vastus lateralis, tetapi sangat sukar dipisahkan dari m.
vastus medialis. Otot ini menutupi otot sendi lutut yang berasal dari bagian
distalis dan memancar kecapsula articularis sendi lutut.
M. Vastus
medialis berasal dari linea asperalabium medial dan m. vastus lateralis berasal
dari facies lateralis trochanter major.
Keempat otot
tersebut bersatu membentuk tendo bersama yang berinsertio pada patella.
Tendonya berlanjut sebagai ligamentum patella dan berinsertio pada tuberositas
tibia.
Otot-otot tersebut sangat kuat,
menyebabkan ekstensi lutut menjadi gerakan yang kuat. Hal ini sangat penting
didalam aktivitas pergerakan seperti berjalan dan berlari, serta begitu
penting didalam kemampuan gerak khusus,
seperti lompat, berenang, mengangkat, menendang, meluncur dan menghindar. Pada
ekstensor lutut juga merupakan otot postural yang mempunyai peran penting.
. Patologi
Ruptur
quadriceps, terjadi akibat adanya trauma, sehingga terjadi robekan pada perut
otot quadriceps atau pada musculotendinogennya. Ketika terjadi trauma, maka
akan berlaku suatu mekanisme trauma dan inflamasi, yaitu trauma----kerusakan
jaringan--- perdarahan (<20-30 menit) ------ Peradangan (<24-36 jam)
----- Regenerasi (± 3 bulan). Dimana pada fase terakhir
otot-otot yang robek sudah merekat akan tetapi tidak seperti semula sehingga
perlu dilakukan terapi karena akibat ruptur akan terbentuk jaringan ikat pada
otot dan akan mempengaruhi ekstensibilitas dan fleksibilitas dari otot
tersebut.
E. Asuhan Fisioterapi
Untuk
menentukan problem pada pasien ruptur quadriceps terlebih dahulu harus melakukan pemeriksaan yang tercantum
dalam asuhan fisioterapi yang terdiri atas :
1. Asessment
a. Anamnesa
Anamnesa
dilakukan untuk mengumpulkan data pasien berupa identitas pasien, keluhan
utama, riwayat penyakit dan tindakan yang pernah dilakukan dengan wawancara
baik langsung pada pasien maupun pada keluarga
b. Pemeriksaaan Umum
Pemeriksaan ini
dilakukan untuk melihat keadaan umum pasien seperti tekanan darah , nadi ,
pernafasan ,dan suhu.
c. Inspeksi
Inspeksi
meliputi pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan gerak dan fungsinya.Dalam inspeksi pada pasien
d.
Palpasi
Pemeriksaan
terhadap anggota gerak dengan menggunakan tangan dan membedakan antara kedua
anggota gerak yang kanan dan kiri. Palpasi dilakukan terutama pada kulit dan
subcutaneous untuk mengetahui temperatur, oedema, spasme dan lain sebagainya.
e. Antropometri
Dilakukan untuk
membandingkan sisi yang sehat dan sisi yang sakit untuk menentukan apakah ada
oedema, perbedaan panjang tungkai pengecilan otot, dan lain sebagainya.
Pemeriksaan ini menggunakan mid line.
f.
Lingkar
segmen
Menggunakan mid
line untuk membandingkan lingkar segmen pada kedua anggota tubuh, seperti
tungkai atas, tungkai bawah dan lingkar punggung kaki.
g.
Kekuatan
otot / MMT
Untuk mengukur
kekuatan otot anggota gerak tubuh, apakah ada kelemahan atau tidak. Dilakukan
dengan metode Manual Muscle Testing (MMT).
h. ROM
Pemeriksaan ROM
ini dilakukan untuk melihat apakah ada atau tidak keterbatasan gerak pada sendi
dengan menggunakan goniometer.
i. Pengukuran nyeri
Mengukur
tingkat rasa nyeri menggunakan Visual Analog Scale dengan cara pasien diminta
untuk menunjukan letak nyeri yang dirasakan pada garis yang berukuran 10 cm.
2. Problem Fisioterapi
Problem
Fisioterapi diambil berdasarkan pengamatan pada pemeriksaan yang telah
dilakukan.
3.
Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa
fisioterapi ditegakkan dari pemeriksaan
dan evaluasi yang menyatakan hasil dari
proses pertimbangan /pemikiran klinis , dapat berupa pernyataan keadaan
disfungsi gerak , dapat meliputi kategori kelemahan , limitasi fungsi ,
kemampuan / ketidakmampuan atau syndrome/gejala-gejala.
4. Perencanaan
Dalam
menentukan perencanaan harus ditentukan terlebih dahulu tujuan yang akan
dicapai yang mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Adapun
tujuan dilakukan berdasarkan problematic fisioterapi yang ditemukan dalam
proses assessment.
5. Intervensi
Fisioterapi
Berdasarkan
problema kita dapat menentukan intervensi yang diperlukan dan sesuai dengan
kebutuhan pasien atau keluhan pasien agar tujuan akhir dari intervensi dapat
tercapai. Adapun berbagai intervensi fisioterapi yang dapat dilakukan antara
lain : Elektro terapi, Manual Terapi dan Terapi Latihan. Namun pada kasus ini
intervensi yang kami berikan adalah :
a)
MWD
(Micro Wave Diatermy)
Micro
Wave Diatermy merupakan seatu pengobatan mengguanakan stressor fisis berupa
energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekwensi 2450 MHz
dengan panjang gelombang 12,25 cm.
1) Produksi
dan Penerapan
Prinsip
produksi gelombang mekro pada dasarnya sama untuk arus listrik bolak-balik
frekwensi tinggi yang lain, hanya untuk memperoleh frekwensi yang lebih tinggi
lagi diperlukan seatu tabung khusus yang dsebut magnetron. Magnetron ini
memerlukan waktu untuk pemanasan, sehingga output belum diperoleh segera
setelah mesin dioperasikan. Untuk itu mesin dilengkapi dengan tombol pemanasan
agar mesin tetap dalam posisi dosis nol antara pengobatan satu dengan yang
berikutnya. Pada posisi dosis nol antara pengobatan satu dengan yang
berikutnya. Pada posisi tersebut tabung tetap mendapatkan arus listrik, tetapi dosis
ke pasien nol, sehingga terhindar dari seringnya perubahan panas.
Arus
dari mesin mengalir ke electrode melalui co-axial cable, yaitu suatu kabel yang
terdiri dari serangkaian kawat di tengah yang diselubungi oleh selubung logam
yang dikelilingi suatu benda isolator, kawat dan selubung logam tadi berjalan
sejajar dan membentuk sebagai kabel output dan kabel bolak-balik dari mesin/.
Konstuksi kabel semacam ini diperlukan untuk arus frekwensi tertentu pula.
Co-axial
cable ini menghantarkan arus listrik ke sebuah area dimana gelombang mikro
dipancarkan. Area ini dipasang suatu reflector yang dibungkus dengan bahan
yangdapat meneruskan gelombang elektromagnetik. Konstruksi tubuh yang disebut
emitter, director atau applicator atau sebagai electrode.
2) Penerapan
pada Jaringan
Emitter
yang sering juga disebut electrode atau magnetode terdiri dari serial,
reflector, dan pembungkus. Emitter ini bermacam-macam bentuk dan ukurannya
serta sifat energi elektromagnetik yang dipancarkan. Antara emitter dan kulit
di dalam tekhnik aplikasi terdapat jarak udara. Pada emitter yang berbentuk
bulat sedang maka medan elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk sirkuler dan
paling padat di daerah tepi. Pada bentuk segiempat medan elektromagnetik yang
dipancarkan berbentuk oval dan paling padat di daerah daerah tengah.
3) Efek
Fisiologi
1.
Perubahan
temperature
a.
Reaksi
lokal jaringan
·
Meningkatkan
metabolisme, sel-sel local ± 13 % tiap kenaikan temperature 1o C.
·
Meningkatkan
vasomotiom sphincter sehingga timbul homeostatic local dan akhirnya terjadi
vasodilatasi local.
b.
Reaksi
general
Mungkin dapat terjadi kenaikan temperature, tetapi perlu
dipertimbangkan karena penetrasinya dangkal ± 3 cm dan aplikasinya local.
c.
Consensual
efek
Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari
segmen yang sama. Dengan penerapan Micro Wave Diatermy, penetrasi dan perubahan
temperature lebih terkonsentrasi pada jaringan otot, sebab jaringan otot lebih
banyak mengndung cairan dan darah.
2.
Jaringan
Ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat lebih baik seperti
jaringan collagen kulit, otot, tendon, ligament dan kapsul sendi akibat
menurunya viskositas matriks jaringan tanpa menambah panjang matriks, tetapi
terbatas pada jaringan ikat yang letak kedalamannya ± 3 cm
3.
Jaringan
otot
Meningkatkan
elastisitas jaringan otot dan menurunkan tonus melalui normalissi nocisensorik.
4.
Jaringan
Saraf
Meningkatkan
elastisitas pembungkus jaringan saraf, meningkatkan konduktivitas saraf ambang
rangsang saraf.
4) Efek Terapeutik
1.
Penyembuhan
luka pada jaringan lunak
Meningkatkan
proses perbaikan atau reparasi jaringan secara fisiologi
2.
Nyeri, hipertonus dan gangguan vaskularissi
Menurunkan
nyeri, normalitas tonus otot melalui efek sedative, serta perbaikan
metabolisma.
1.
Kontraktur
jaringan lemak
Dengan
peningkatan elastisitas jaringn lemak, maka dapat mengurangi proses kontraktur
jaringan. Ini dimasukkan sebagai persiapan sebelum pemberian latihan.
2.
Gangguan
konduktifitas dan threshold jaringan saraf
Apabila
elastisitas dan threshold jaringan saraf semakin membaik, maka conduktifitas
jaringan saraf akan membaik pula. Proses ini melalui efek fisiologi.
5) Indikasi
1.
Kondisi
inflamasi subkutaneus dan kronik
2.
Spasme
otot, jaringan collagen.
3.
Kelainan
tulang, sendi, otot.
4.
Kelainan
saraf perifer (neuritis)
6) Kontra Indikasi
1.
Pemakaian
Implant pacemaker
2.
Metal
di dalam jaringan dan permukaan jaringan
3.
Gangguan
sensasi panas dan adanya perdarahan
4.
Malignant
Tumor
5.
Pasien
dengan gangguan control gerakan atau tidak bisa bekerja sama.
b)
IFC
Suatu
bentuk pengobatan dengan menggunakan penggabungan dua arus bolak-balik
frekuensi menengah yang menimbulkan frekuensi baru. Frekuensi 3000-5000 Hz
dengan frekuensi efektif 4000Hz. Dimana dalam pelaksanaannya dapat menggunakan
2 atau 4 pad tergantung dari daerah yang akan diobati.
Tujuan
:
1.
Peningkatan
sirkulasi darah
2.
Mengurangi
nyeri
3.
Memperkuat
kontraksi otot
Indikasi
:
1.
Keluhan
nyeri pada otot, tendon, ligamen, kapsul, saraf.
2.
Keadaan
hypertonus dan kelemahan otot
3.
Post
traumatic dan post operatif : ruptur, sprain, arthrosis, dll.
Kontra
indikasi :
1.
Demam
2.
Tremor
c)
Ultra
Sound
Suatu bentuk pengobatan
menggunakan gelombang suara ultra frekuensi 1 atau 3 MHz.
Tujuan :
1.
Mengurangi
ketegangan otot
2.
Mengurangi
rasa nyeri
3.
Memacu
proses penyembuhan collagen jaringan
4.
Dipilih
untuk jaringan kedalaman 5cm.
Indikasi :
1.
Kondisi
peradangan subakut dan kronik
2.
Kondisi
traumatic subakut dan kronik
3.
Kondisi
ketegangan, pemendekan dan perlengketan jaringan lunak
4.
Kondisi
inflamasi kronik
Kontra indikasi :
1.
Jaringan
lembut : Mata, ovarium, testis, otak
2.
Jaringan
yang baru sembuh
3.
Kehamilan,
khususnya pada daerah uterus
4.
Infeksi
bakteri
5.
Pada
daerah yang sirkulasi darahnya tidak mencukupi
d)
Quadriceps
exercise dengan metode contract relaks & stretching
Suatu
bentuk latihan yang bertujuan untuk
meregangkan otot m.quadriceps dimana pasien diminta untuk mengkontraksikan
m.quadriceps dan oleh fisioterapis diberikan tahanan, kemudian pasien diminta
untuk kembali relaks dan pada saat yang bersamaan fisioterapis melakukan
stretching.
e)
Quadriceps
setting
Suatu bentuk latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan
otot m.quadriceps
f)
Aktif
Asisted exercise
Yaitu latihan gerak aktif
dengan bantuan kekuatan dari luar (manual atau dengan alat) sebesar yang
diperlukan.
Tujuan :
1.
Penguatan
otot nilai dibawah 3
2.
Mobilisasi
aktif
3.
Mengajarkan
gerak tertentu
Indikasi :
1.
Kondisi
kelemahan otot dengan nilai 1 dan 2
2.
Kondisi
kesulitan pengontrolan gerak
3.
Kondisi
terhambatnya jarak pergerakan sendi
Kontra indikasi :
1.
Penderita
panas tinggi
2.
Penderita
dalam keadaan bed rest total
3.
Penderita
yang tidak kooperatif
4.
Penderita
khusus setelah operasi dengan Moore Prothese gerakan hip joint adduksi, fleksi
dan internal rotasi tak boleh berlebihan.
g)
Home
program
Menganjurkan
pasien supaya melakukan kembali latihan dirumah seperti yang telah diajarkan
oleh fisioterapis, sehingga proses penyembuhan bisa lebih cepat.
6. Evaluasi
Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami peningkatan setelah
diberikan terapi atau terapi yang diberikan berguna bagi penyembuhan pasien
ataukah harus diubah jika ada perubahan terhadap penyembuhan masalah yang
dihadapi pasien. Evaluasi ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan seperti
pada awal pemeriksaan, untuk kemudian dibandingkan hasilnya.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Assessment (tgl 25 Agustus 2005)
1).
Anamnesa
Data pasien
a.
Nama :
Tn. H
b.
Umur :
67 tahun
c. Alamat :
Jl. Lapangan condet Raya no.
52 batu ampar Jakarta timur
d. Pekerjaan :
Karyawan
e. Agama :
Islam
f. Diagnosa medis : Repair ruptur m. Quadriceps
g. Tindakan yang dilakukan : Post op repair ruptur
m. Quadriceps
h. Tgl operasi :
4 Juli 2005
i. Tgl mulai program Fisioterapi : 25 Agustus 2005
2).
Riwayat Penyakit
a). Keluhan utama : Os mengeluh nyeri
pada daerah
operasi m. Quadriceps kiri dan
ketidakmampuan menekuk lutut
secara
penuh
b). Riwayat Penyakit sekarang : Pada tgl 3 juli 2005 Os mengalami
kecelakaan lalu lintas dijambi dan
langsung dibawa keRS Jambi lalu
dilakukan operasi. Setelah itu Os
pulang kejakarta, kemudian Os
menjalani fisioterapi
diRS Siaga
Raya.
c). Riwayat Penyakit dahulu : Tidak ada
3).
Pemeriksaan
a)
Pemeriksaan
umum
a. Kesadaran : Composmentis
b.
Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg
c.
Denyut Nadi : 80 x / menit
d.
Pernafasan : 20 x / menit
e.
Suhu : Afebris
b)
Inspeksi
a.
Os
datang dengan pola jalan pincang dan tanpa bantuan alat apapun
b.
Ada
bekas luka pada tungkai atas dan bawah sebelah kiri dan tampak ada oedema.
c.
Tungkai
kanan terlihat normal
c)
Palpasi
a.
Adanya
oedema pada tungkai atas dan bawah
b.
Adanya
nyeri tekan pada daerah operasi
d) Antropometri
Panjang tungkai
|
Kanan
|
Kiri
|
True length
|
87 cm
|
87 cm
|
Bone length
|
44 cm
|
44 cm
|
Apperence length
|
97 cm
|
97
cm
|
|
e) Lingkar segmen
Lingkar segmental
|
kanan
|
Kiri
|
Tungkai atas
|
43 cm
|
45 cm
|
Tungkai bawah
|
35 cm
|
39 cm
|
Lingkar kaki
|
23 cm
|
25 cm
|
f) MMT
Gerakan
|
Kanan
|
Kiri
|
Ekstensi Knee
|
5
|
3-
|
Fleksi Knee
|
5
|
3-
|
g) ROM
Gerakan
|
Kanan
|
Kiri
|
Ekstensi Knee
|
0°
|
0°
|
Fleksi Knee
|
135°
|
37°
|
h)
Pengukuran
nyeri (VAS)
a)
Adanya
atrofi pada m.quadriceps
b)
Adanya
hypostesia daerah lateral paha bawah
c)
Oedema
pada tungkai atas dan tungkai bawah
d)
Keterbatasan
gerak sendi fleksi knee kiri
e)
Gangguan
gerak fungsional
f)
Menurunnya
kekuatan otot
B. Diagnosa Fisioterapi
Gangguan gerak sendi,
kinerja otot dan ROM yang berkaitan dengan post op repair ruptur m.
quadriceps.
D. Rencana Fisioterapi
·
Mengurangi
nyeri
·
Mengurangi
oedema
·
Meningkatkan
kekuatan otot
·
Meningkatkan
ROM
·
Melatih
fungsional berjalan
2.
Jangka Panjang
Mengembalikan
dan meningkatkan kemampuan fungsional pasien dalam melakukan aktivitas secara
normal.
3. Rencana intervensi
a.
MWD
(Micro Wave Diatermy)
b.
IFC
c.
Ultra
Sound
d.
Quadriceps
exercise dengan metode contract relaks & stretching
e.
Quadriceps
setting
f.
Aktif
Asisted exercise
g.
Home
program
E. Intervensi Fisioterapi
·
MWD
Diberikan selama 10 menit dengan
intensitas 120 W/cm² , diberikan pada daerah lutut sebelah kiri.
·
IFC
Diberikan selama 10 menit dengan
intensitas toleransi pasien dengan menggunakan 4 pad yang dipasang pada lutut
dan pergelangan kaki.
·
Ultra
Sound
Diberikan selama 3 menit dengan
intensitas 1,8 W/cm², diberikan pada daerah lutut kiri.
·
Quadriceps
Exercise dengan metode contract relaks & stretching
Posisi pasien telungkup dan salah
satu tangan fisioterapis diletakan dipaha untuk stabilisasi dan tangan yan
satunya ditungkai depan. Kemudian pasien diminta untuk menurunkan kebawah dan
tangan fisioterapis menahan kemudian relaks dan pada saat itu dilakukan
stretching sampai batas toleransi nyeri (ditahan selama 5 hitungan dan
diulangi selama 30 kali).
·
Quadriceps setting
Posisi pasien terlentang, kedua
tungkai lurus. Pasien diminta untuk menekan lututnya yang kiri kebawah. Tangan
terapis diletakan diatas m.quadriceps untuk merasakan kontraksi. Kemudian
minta pasien untuk menahan kontraksinya dengan 5 kali hitungan dan diulangi
selama 30 kali. Lebih lanjut cara ini dilakukan dengan cara meletakan bantalan
pasir dibawah lutut kiri pasien dan pada 1/3 distal tungkai bawah diberi beban
2 kg.
·
Aktif
Asisted exercise
a.
Pada
Hip : Pasien tidur
terlentang dan diintrusikan untuk
menggerakan hipnya keatas dengan diberi sedikit
bantuan untuk menambah ROM hip.
b.
Pada
Knee : Pasien tidur terlentang,
diminta untuk melakukan
gerakan fleksi-ekstensi knee secara aktif.
c.
Pada
Ankle : Pasien tidur terlentang,
diminta untuk melakukan
gerakan plantar fleksi-dorsal fleksi, eversi-inversi.
·
Home
program
Pasien
dianjurkan untuk kembali berlatih dirumah berdasarkan latihan yang telah
diajarkan.
F. Evaluasi
Evaluasi
dilakukan pada tanggal 27 dan 29 Agustus 2005, dengan hasil sebagai berikut :
·
Nyeri
berkurang
·
Oedema
berkurang
·
Ada
peningkatan kekuatan otot
·
Ada
peningkatan ROM
·
Ada
perbaikan pola berjalan
G. Lampiran
Tanggal
27 Agustus 2005
½
Tidak nyeri 3 cm Nyeri
sekali
- MMT
Kanan
|
|
Kiri
|
||
27-08-05
|
29-08-05
|
27-08-05
|
29-08-05
|
|
5
|
5
|
Fleksi Hip
|
3
|
3+
|
5
|
5
|
Ekstensi
Hip
|
3
|
3+
|
5
|
5
|
Plantar
fleksi ankle
|
3
|
3+
|
5
|
5
|
Dorsal
fleksi ankle
|
3
|
3+
|
- ROM
Sendi
|
Kanan
|
Kiri
|
||
27-08-05
|
29-08-05
|
27-08-05
|
29-08-05
|
|
Fleksi knee
|
135°
|
135°
|
40°
|
55°
|
Ekstensi knee
|
0°
|
0°
|
0°
|
0°
|
- Lingkar segmen
Kanan
|
27-08-05
|
29-08-05
|
Kiri
|
27-08-05
|
29-08-05
|
Tungkai Atas
|
43 cm
|
43 cm
|
Tungkai Atas
|
45 cm
|
45 cm
|
Tungkai Bawah
|
35 cm
|
35 cm
|
Tungkai Bawah
|
38 cm
|
38 cm
|
Punggung kaki
|
23 cm
|
23 cm
|
Punggung kaki
|
25 cm
|
25 cm
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar