Minggu, 10 Juni 2012

Ruptur quadriceps


A.   Ruptur
Ruptur adalah robek atau putusnya otot yang diakibatkan karena trauma, dimana dapat terjadi pada perut otot atau pada sambungan musculotendineus. Biasanya seseorang yang mengalami ruptur mengalami tanda dan gejala seperti : Adanya nyeri terutama saat terjadi gerakan, kekuatan otot berkurang, spasme dan gangguan ekstensibilitas dan fleksibilitas otot, adanya oedema dan hematoma serta kadang-kadang didahului oleh rasa seolah-olah ada yang putus atau robek.
Secara umum ruptur bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bisa terjadi karena adanya benturan benda keras yang menyebabkan robekan pada otot. Sedangkan secara tidak langsung, bisa terjadi karena penarikan otot yang melampaui batas maksimal kemampuan otot untuk memanjang.
Dalam perkembangannya kasus terjadinya ruptur sangat jarang ditemukan, kalaupun ada hanya beberapa saja. Oleh sebab itu penanganan fisioterapi pada kasus ini secara umum adalah bertujuan untuk mengembalikan dan meningkatkan ekstensibilitas dan fleksibilitas serta kekuatan otot.

B.   Anatomi M. Quadriceps
M. quadriceps terdiri dari empat bagian, bagian yang lurus m. rectus femoris bekerja pada dua sendi, berjalan didalam saluran yang dibentuk oleh tiga tunggal otot sendi.
Caput rectus femoris berasal dari spina iliaca anterior superior dan caput reflexum dari pinggir atas lekuk sendi panggul didalam sulcus supraacetabularis.
M. Vastus intermedius berasal dari facies anterior dan lateralis femoris, otot ini mudah dibedakan dari m. vastus lateralis, tetapi sangat sukar dipisahkan dari m. vastus medialis. Otot ini menutupi otot sendi lutut yang berasal dari bagian distalis dan memancar kecapsula articularis sendi lutut.
M. Vastus medialis berasal dari linea asperalabium medial dan m. vastus lateralis berasal dari facies lateralis trochanter major.
Keempat otot tersebut bersatu membentuk tendo bersama yang berinsertio pada patella. Tendonya berlanjut sebagai ligamentum patella dan berinsertio pada tuberositas tibia.
Otot-otot tersebut sangat kuat, menyebabkan ekstensi lutut menjadi gerakan yang kuat. Hal ini sangat penting didalam aktivitas pergerakan seperti berjalan dan berlari, serta begitu penting  didalam kemampuan gerak khusus, seperti lompat, berenang, mengangkat, menendang, meluncur dan menghindar. Pada ekstensor lutut juga merupakan otot postural yang mempunyai peran penting.


 

.   Patologi

Ruptur quadriceps, terjadi akibat adanya trauma, sehingga terjadi robekan pada perut otot quadriceps atau pada musculotendinogennya. Ketika terjadi trauma, maka akan berlaku suatu mekanisme trauma dan inflamasi, yaitu trauma----kerusakan jaringan--- perdarahan (<20-30 menit) ------ Peradangan (<24-36 jam) ----- Regenerasi (± 3 bulan). Dimana pada fase terakhir otot-otot yang robek sudah merekat akan tetapi tidak seperti semula sehingga perlu dilakukan terapi karena akibat ruptur akan terbentuk jaringan ikat pada otot dan akan mempengaruhi ekstensibilitas dan fleksibilitas dari otot tersebut.
 
E.   Asuhan Fisioterapi
Untuk menentukan problem pada pasien ruptur quadriceps terlebih dahulu  harus melakukan pemeriksaan yang tercantum dalam asuhan fisioterapi yang terdiri atas :

1.  Asessment
a.   Anamnesa
Anamnesa dilakukan untuk mengumpulkan data pasien berupa identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit dan tindakan yang pernah dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien maupun pada keluarga      
b.   Pemeriksaaan Umum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat keadaan umum pasien seperti tekanan darah , nadi , pernafasan ,dan suhu.
c.   Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan gerak  dan fungsinya.Dalam inspeksi pada pasien
d.    Palpasi
Pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan menggunakan tangan dan membedakan antara kedua anggota gerak yang kanan dan kiri. Palpasi dilakukan terutama pada kulit dan subcutaneous untuk mengetahui temperatur, oedema, spasme dan lain sebagainya.

e.   Antropometri
Dilakukan untuk membandingkan sisi yang sehat dan sisi yang sakit untuk menentukan apakah ada oedema, perbedaan panjang tungkai pengecilan otot, dan lain sebagainya. Pemeriksaan ini menggunakan mid line.
f.     Lingkar segmen
Menggunakan mid line untuk membandingkan lingkar segmen pada kedua anggota tubuh, seperti tungkai atas, tungkai bawah dan lingkar punggung kaki.
g.    Kekuatan otot / MMT
Untuk mengukur kekuatan otot anggota gerak tubuh, apakah ada kelemahan atau tidak. Dilakukan dengan metode Manual Muscle Testing (MMT).
h.   ROM
Pemeriksaan ROM ini dilakukan untuk melihat apakah ada atau tidak keterbatasan gerak pada sendi dengan menggunakan goniometer.
i.    Pengukuran nyeri
Mengukur tingkat rasa nyeri menggunakan Visual Analog Scale dengan cara pasien diminta untuk menunjukan letak nyeri yang dirasakan pada garis yang berukuran 10 cm.

2.  Problem Fisioterapi
Problem Fisioterapi diambil berdasarkan pengamatan pada pemeriksaan yang telah dilakukan.

3.    Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa fisioterapi ditegakkan dari  pemeriksaan dan evaluasi yang menyatakan  hasil dari proses pertimbangan /pemikiran klinis , dapat berupa pernyataan keadaan disfungsi gerak , dapat meliputi kategori kelemahan , limitasi fungsi , kemampuan / ketidakmampuan atau syndrome/gejala-gejala.

4.   Perencanaan
Dalam menentukan perencanaan harus ditentukan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai yang mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Adapun tujuan dilakukan berdasarkan problematic fisioterapi yang ditemukan dalam proses assessment.

5.   Intervensi Fisioterapi
Berdasarkan problema kita dapat menentukan intervensi yang diperlukan dan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluhan pasien agar tujuan akhir dari intervensi dapat tercapai. Adapun berbagai intervensi fisioterapi yang dapat dilakukan antara lain : Elektro terapi, Manual Terapi dan Terapi Latihan. Namun pada kasus ini intervensi yang kami berikan adalah :
a)      MWD (Micro Wave Diatermy)
Micro Wave Diatermy merupakan seatu pengobatan mengguanakan stressor fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekwensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm.
1)      Produksi dan Penerapan
Prinsip produksi gelombang mekro pada dasarnya sama untuk arus listrik bolak-balik frekwensi tinggi yang lain, hanya untuk memperoleh frekwensi yang lebih tinggi lagi diperlukan seatu tabung khusus yang dsebut magnetron. Magnetron ini memerlukan waktu untuk pemanasan, sehingga output belum diperoleh segera setelah mesin dioperasikan. Untuk itu mesin dilengkapi dengan tombol pemanasan agar mesin tetap dalam posisi dosis nol antara pengobatan satu dengan yang berikutnya. Pada posisi dosis nol antara pengobatan satu dengan yang berikutnya. Pada posisi tersebut tabung tetap mendapatkan arus listrik, tetapi dosis ke pasien nol, sehingga terhindar dari seringnya perubahan panas.
Arus dari mesin mengalir ke electrode melalui co-axial cable, yaitu suatu kabel yang terdiri dari serangkaian kawat di tengah yang diselubungi oleh selubung logam yang dikelilingi suatu benda isolator, kawat dan selubung logam tadi berjalan sejajar dan membentuk sebagai kabel output dan kabel bolak-balik dari mesin/. Konstuksi kabel semacam ini diperlukan untuk arus frekwensi tertentu pula.
Co-axial cable ini menghantarkan arus listrik ke sebuah area dimana gelombang mikro dipancarkan. Area ini dipasang suatu reflector yang dibungkus dengan bahan yangdapat meneruskan gelombang elektromagnetik. Konstruksi tubuh yang disebut emitter, director atau applicator atau sebagai electrode.
2)    Penerapan pada Jaringan
Emitter yang sering juga disebut electrode atau magnetode terdiri dari serial, reflector, dan pembungkus. Emitter ini bermacam-macam bentuk dan ukurannya serta sifat energi elektromagnetik yang dipancarkan. Antara emitter dan kulit di dalam tekhnik aplikasi terdapat jarak udara. Pada emitter yang berbentuk bulat sedang maka medan elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk sirkuler dan paling padat di daerah tepi. Pada bentuk segiempat medan elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk oval dan paling padat di daerah daerah tengah.
3)    Efek Fisiologi
1.      Perubahan temperature
a.    Reaksi lokal jaringan
·   Meningkatkan metabolisme, sel-sel local ± 13 % tiap kenaikan temperature 1o C.
·   Meningkatkan vasomotiom sphincter sehingga timbul homeostatic local dan akhirnya terjadi vasodilatasi local.
b.    Reaksi general
Mungkin dapat terjadi kenaikan temperature, tetapi perlu dipertimbangkan karena penetrasinya dangkal ± 3 cm dan aplikasinya local.
c.    Consensual efek
Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari segmen yang sama. Dengan penerapan Micro Wave Diatermy, penetrasi dan perubahan temperature lebih terkonsentrasi pada jaringan otot, sebab jaringan otot lebih banyak mengndung cairan dan darah.
2.      Jaringan Ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat lebih baik seperti jaringan collagen kulit, otot, tendon, ligament dan kapsul sendi akibat menurunya viskositas matriks jaringan tanpa menambah panjang matriks, tetapi terbatas pada jaringan ikat yang letak kedalamannya ± 3 cm
3.      Jaringan otot
Meningkatkan elastisitas jaringan otot dan menurunkan tonus melalui normalissi nocisensorik.
4.      Jaringan Saraf
Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf, meningkatkan konduktivitas saraf ambang rangsang saraf.
4)    Efek Terapeutik
1.      Penyembuhan luka pada jaringan lunak
Meningkatkan proses perbaikan atau reparasi jaringan secara fisiologi
2.    Nyeri, hipertonus dan gangguan vaskularissi
Menurunkan nyeri, normalitas tonus otot melalui efek sedative, serta perbaikan metabolisma.
1.      Kontraktur jaringan lemak
Dengan peningkatan elastisitas jaringn lemak, maka dapat mengurangi proses kontraktur jaringan. Ini dimasukkan sebagai persiapan sebelum pemberian latihan.
2.      Gangguan konduktifitas dan threshold jaringan saraf
Apabila elastisitas dan threshold jaringan saraf semakin membaik, maka conduktifitas jaringan saraf akan membaik pula. Proses ini melalui efek fisiologi.
5)    Indikasi
1.      Kondisi inflamasi subkutaneus dan kronik
2.      Spasme otot, jaringan collagen.
3.      Kelainan tulang, sendi, otot.
4.      Kelainan saraf perifer (neuritis)
6)  Kontra Indikasi
1.      Pemakaian Implant pacemaker
2.      Metal di dalam jaringan dan permukaan jaringan
3.      Gangguan sensasi panas dan adanya perdarahan
4.      Malignant Tumor
5.      Pasien dengan gangguan control gerakan atau tidak bisa bekerja sama.

b)   IFC
Suatu bentuk pengobatan dengan menggunakan penggabungan dua arus bolak-balik frekuensi menengah yang menimbulkan frekuensi baru. Frekuensi 3000-5000 Hz dengan frekuensi efektif 4000Hz. Dimana dalam pelaksanaannya dapat menggunakan 2 atau 4 pad tergantung dari daerah yang akan diobati.
Tujuan :
1.    Peningkatan sirkulasi darah
2.    Mengurangi nyeri
3.    Memperkuat kontraksi otot
Indikasi :
1.    Keluhan nyeri pada otot, tendon, ligamen, kapsul, saraf.
2.    Keadaan hypertonus dan kelemahan otot
3.    Post traumatic dan post operatif : ruptur, sprain, arthrosis, dll.
Kontra indikasi :
1.    Demam
2.    Tremor

c)    Ultra Sound
Suatu bentuk pengobatan menggunakan gelombang suara ultra frekuensi 1 atau 3 MHz.
Tujuan :
1.    Mengurangi ketegangan otot
2.    Mengurangi rasa nyeri
3.    Memacu proses penyembuhan collagen jaringan
4.    Dipilih untuk jaringan kedalaman 5cm.
Indikasi :
1.    Kondisi peradangan subakut dan kronik
2.    Kondisi traumatic subakut dan kronik
3.    Kondisi ketegangan, pemendekan dan perlengketan jaringan lunak
4.    Kondisi inflamasi kronik
Kontra indikasi :
1.    Jaringan lembut : Mata, ovarium, testis, otak
2.    Jaringan yang baru sembuh
3.    Kehamilan, khususnya pada daerah uterus
4.    Infeksi bakteri
5.    Pada daerah yang sirkulasi darahnya tidak mencukupi

d)   Quadriceps exercise dengan metode contract relaks & stretching
Suatu bentuk latihan yang bertujuan untuk  meregangkan otot m.quadriceps dimana pasien diminta untuk mengkontraksikan m.quadriceps dan oleh fisioterapis diberikan tahanan, kemudian pasien diminta untuk kembali relaks dan pada saat yang bersamaan fisioterapis melakukan stretching.

e)    Quadriceps setting
Suatu bentuk latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot m.quadriceps

f)       Aktif Asisted exercise
Yaitu latihan gerak aktif dengan bantuan kekuatan dari luar (manual atau dengan alat) sebesar yang diperlukan.
Tujuan :
1.    Penguatan otot nilai dibawah 3
2.    Mobilisasi aktif
3.    Mengajarkan gerak tertentu
Indikasi :
1.    Kondisi kelemahan otot dengan nilai 1 dan 2
2.    Kondisi kesulitan pengontrolan gerak
3.    Kondisi terhambatnya jarak pergerakan sendi
Kontra indikasi :
1.    Penderita panas tinggi
2.    Penderita dalam keadaan bed rest total
3.    Penderita yang tidak kooperatif
4.    Penderita khusus setelah operasi dengan Moore Prothese gerakan hip joint adduksi, fleksi dan internal rotasi tak boleh berlebihan.

g)   Home program
Menganjurkan pasien supaya melakukan kembali latihan dirumah seperti yang telah diajarkan oleh fisioterapis, sehingga proses penyembuhan bisa lebih cepat.

6.   Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami peningkatan setelah diberikan terapi atau terapi yang diberikan berguna bagi penyembuhan pasien ataukah harus diubah jika ada perubahan terhadap penyembuhan masalah yang dihadapi pasien. Evaluasi ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan seperti pada awal pemeriksaan, untuk kemudian dibandingkan hasilnya.

BAB III
LAPORAN KASUS

A. Assessment (tgl 25 Agustus 2005)

1). Anamnesa
 Data pasien
a.   Nama                                                        : Tn. H
b.   Umur                                                         : 67 tahun
c.   Alamat                                                      : Jl. Lapangan condet Raya no.
                                                                   52 batu ampar Jakarta timur
d.  Pekerjaan                                                 : Karyawan 
e.  Agama                                                      : Islam
f.   Diagnosa medis                                      : Repair ruptur m. Quadriceps
g.  Tindakan yang dilakukan                     : Post op repair ruptur
                                                                   m. Quadriceps
h.  Tgl operasi                                               : 4 Juli 2005
i.   Tgl mulai program Fisioterapi               : 25 Agustus 2005

2). Riwayat Penyakit
a). Keluhan utama                           : Os mengeluh nyeri pada daerah
                                                         operasi m. Quadriceps kiri dan
                                                         ketidakmampuan menekuk lutut
                                                         secara penuh
b). Riwayat Penyakit sekarang      : Pada tgl 3 juli 2005 Os mengalami
                                                        kecelakaan lalu lintas dijambi dan
                                                        langsung dibawa keRS Jambi lalu
                                                        dilakukan operasi. Setelah itu Os
                                                        pulang kejakarta, kemudian Os
                                                        menjalani fisioterapi diRS Siaga 
                                                        Raya.
c). Riwayat Penyakit dahulu          : Tidak ada


3). Pemeriksaan 
a)    Pemeriksaan umum
      a. Kesadaran                    : Composmentis
b. Tekanan Darah           : 130 / 80 mmHg
c. Denyut Nadi                 : 80 x / menit
d. Pernafasan                  : 20 x / menit
e. Suhu                             :  Afebris

b)    Inspeksi
a.  Os datang dengan pola jalan pincang dan tanpa bantuan alat apapun
b.  Ada bekas luka pada tungkai atas dan bawah sebelah kiri dan tampak ada oedema.
c.  Tungkai kanan terlihat normal

c)    Palpasi
a.  Adanya oedema pada tungkai atas dan bawah
b.  Adanya nyeri tekan pada daerah operasi

d)  Antropometri
Panjang tungkai
    Kanan
     Kiri
True length
    87 cm
   87 cm
Bone length
    44 cm
   44 cm
Apperence length
    97 cm
   97 cm

               

 
e)  Lingkar segmen
Lingkar segmental
    kanan
     Kiri
Tungkai atas
    43 cm
   45 cm
Tungkai bawah
    35 cm
   39 cm
Lingkar kaki
    23 cm
   25 cm


f)  MMT
Gerakan
   Kanan
    Kiri
Ekstensi Knee
       5
      3-
Fleksi Knee
       5
      3-

g)  ROM
Gerakan
   Kanan
    Kiri
Ekstensi Knee
       0°
      0°
Fleksi Knee
      135°
     37°  

h)    Pengukuran nyeri  (VAS)
                                     ½
              Tidak nyeri                  3,5 cm                                         Nyeri sekali

A.   Problem Fisioterapi
a)      Adanya atrofi pada m.quadriceps
b)      Adanya hypostesia daerah lateral paha bawah
c)      Oedema pada tungkai atas dan tungkai bawah
d)      Keterbatasan gerak sendi  fleksi knee kiri
e)      Gangguan gerak fungsional
f)       Menurunnya kekuatan otot

B.   Diagnosa Fisioterapi

Gangguan gerak sendi, kinerja otot dan ROM yang berkaitan dengan post op repair ruptur m. quadriceps.

D.  Rencana Fisioterapi

1. Jangka Pendek
·         Mengurangi nyeri
·         Mengurangi oedema
·         Meningkatkan kekuatan otot
·         Meningkatkan ROM
·         Melatih fungsional berjalan
2. Jangka Panjang
Mengembalikan dan meningkatkan kemampuan fungsional pasien dalam melakukan aktivitas secara normal.

3. Rencana intervensi
a.    MWD (Micro Wave Diatermy)
b.    IFC
c.    Ultra Sound
d.    Quadriceps exercise dengan metode contract relaks & stretching
e.    Quadriceps setting
f.       Aktif Asisted exercise
g.    Home program

E.   Intervensi Fisioterapi

·      MWD
Diberikan selama 10 menit dengan intensitas 120 W/cm² , diberikan pada daerah lutut sebelah kiri.

·      IFC
Diberikan selama 10 menit dengan intensitas toleransi pasien dengan menggunakan 4 pad yang dipasang pada lutut dan pergelangan kaki.

·      Ultra Sound
Diberikan selama 3 menit dengan intensitas 1,8 W/cm², diberikan pada daerah lutut kiri.

·      Quadriceps Exercise dengan metode contract relaks & stretching
Posisi pasien telungkup dan salah satu tangan fisioterapis diletakan dipaha untuk stabilisasi dan tangan yan satunya ditungkai depan. Kemudian pasien diminta untuk menurunkan kebawah dan tangan fisioterapis menahan kemudian relaks dan pada saat itu dilakukan stretching sampai batas toleransi nyeri (ditahan selama 5 hitungan dan diulangi selama 30 kali).

·       Quadriceps setting
Posisi pasien terlentang, kedua tungkai lurus. Pasien diminta untuk menekan lututnya yang kiri kebawah. Tangan terapis diletakan diatas m.quadriceps untuk merasakan kontraksi. Kemudian minta pasien untuk menahan kontraksinya dengan 5 kali hitungan dan diulangi selama 30 kali. Lebih lanjut cara ini dilakukan dengan cara meletakan bantalan pasir dibawah lutut kiri pasien dan pada 1/3 distal tungkai bawah diberi beban 2 kg.

·      Aktif Asisted exercise
a.      Pada Hip                        : Pasien tidur terlentang dan diintrusikan untuk
                                         menggerakan hipnya keatas dengan diberi sedikit
                                         bantuan untuk menambah ROM hip.
b.      Pada Knee        : Pasien tidur terlentang, diminta untuk melakukan
                                                    gerakan fleksi-ekstensi knee secara aktif.
c.      Pada Ankle        : Pasien tidur terlentang, diminta untuk melakukan
                                             gerakan plantar fleksi-dorsal fleksi, eversi-inversi.
·      Home program
Pasien dianjurkan untuk kembali berlatih dirumah berdasarkan latihan yang telah diajarkan.

F. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada tanggal 27 dan 29 Agustus 2005, dengan hasil sebagai berikut :
·         Nyeri berkurang
·         Oedema berkurang
·         Ada peningkatan kekuatan otot
·         Ada peningkatan ROM
·         Ada perbaikan pola berjalan




G. Lampiran

1.    Pengukuran nyeri
           Tanggal 27 Agustus 2005

                                                     ½
Tidak nyeri                 3,3 cm                                          Nyeri sekali

            Tanggal 29 Agustus 2005

                                   ½
                 Tidak nyeri             3 cm                                               Nyeri sekali

  1. MMT
Kanan

Kiri
27-08-05
29-08-05
27-08-05
29-08-05
5
5
Fleksi Hip
3
3+
5
5
Ekstensi Hip
3
3+
5
5
Plantar fleksi ankle
3
3+
5
5
Dorsal fleksi ankle
3
3+

  1. ROM
Sendi
Kanan
Kiri
27-08-05
29-08-05
27-08-05
29-08-05
Fleksi knee
    135°        
     135°        
       40°
      55°
Ekstensi knee
      0°
        0°
        0°
       0°

  1. Lingkar segmen
Kanan
27-08-05
29-08-05
Kiri
27-08-05
29-08-05
Tungkai Atas
43 cm
43 cm
Tungkai Atas
45 cm
45 cm
Tungkai Bawah
35 cm
35 cm
Tungkai Bawah
38 cm
38 cm
Punggung kaki
23 cm
23 cm
Punggung kaki
25 cm
25 cm











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Design By:
SkinCorner